Mohon tunggu...
Lutfi Madura
Lutfi Madura Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Puisi dan Artikel

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Annimare dan Karya Binhad Nurrahmat

18 April 2021   14:38 Diperbarui: 18 April 2021   15:11 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bermula dari baca-baca artikel tentang Annimare Schemel, mulai dari kisah pertemuannya dengan Habib Quraisy Baharun (kisah yang cukup populer), tentang karya-karyanya, dan tentang ketertarikannya terhadap Islam dll; berkali-kali saya ketik nama "Annimare Schemel" di google dan di Instagram, semenjak mengetahui namanya. Dari situ saya ketemu sampul buku dengan judul "Nisan Annimare", karya Binhad Nurrahmat. Dari awal membaca judul buku itu, ingatan saya langsung tertuju pada sebuah mqolah, 'kalimat' yang cukup terkenal:
"Manusia itu tidur, ketika mati baru sadar/bangun." Konon, pesan singkat ini bersumber dari Sayyidina Ali, Khalifah al-rasyidin keempat, yang terkenal dengan kekayaan intelektualnya. Dan perkataan Sayyidina Ali itulah, yang tertera di Nisan Annimare Schemel. Menarik.

Saat itu saya belum pernah mendengar nama Binhad Nurrahmat, baik sebagai penyair atau sebagai orang yang memiliki hubungan sublim dengan kuburan. Dan berkat bukunya (Nisan Annimare), saya langsung tertarik pada karya-karyanya. Setelah saya telusuri, ternyata tidak hanya di buku ini Binhad Nurrahmat mengangkat tema kuburan dalam tulisan-tulisannya, sebelumnya dia sudah menulis buku dengan judul "Kuburan Imperium". Asli, saya langsung jatuh hati, meksipun pada saat itu saya belum sempat membeli bukunya. Namun, karya Binhad Nurrahmat sudah saya masukkan dalam list nama buku yang harus dibeli. Tentu, buku-buku Annimare Schemel juga merupakan target selanjutnya untuk dibeli, selaku yang telah mengenalkan saya pada buku ini (Nisan Annimare). Salah satu karyanya yang sudah saya masukkan daftar favorit di aplikasi shhope adalah 'Muhammad adalah Utusan Allah' (terjemahan) dan Misteri Angka-angka.

Sekian bulan saya masih belum sempat membeli bukunya, dan beberapa hari yang lalu muncul di beranda FB saya, karya terbaru Binhad Nurrahmat, "Tahta Sungkawa". Yang menarik adalah di sampulnya tertera sebuah syiir yang sudah pernah saya dengar sebelumnya:
 
"Kubur Harb terletak di tempat terpencil, yang mana tidak ada  kuburan lain di dekatnya." Syiir itu saya dengar pertama kali dari Ust Majid ketika saya kursus di Pare Kediri. Saya tercengang, seakan ada chemistry antara saya dengan Annimare Schemel dan buku puisi Binhad Nurrahmat. Tanpa pikir panjang langsung saya putuskan untuk membeli buku ini, "Nisan Annimare".

Kini buku ini sampai di tangan saya pada 15-04-2021/ --. Senang sekali rasanya. Setelah membaca satu dua judul puisi, mata saya langsung mengarah pada halaman 142, sebuah puisi dengan judul persis seperti yang di sampul depan buku ini. Ya, tidak salah lagi judulnya adalah "Nisan Annimare", sebuah frasa yang membuat saya memutuskan membaca buku ini.

Berikut saya kutip puisinya:

NISAN ANNEMARIE

Berbisik riwayat selepas menepi hayat dan ingatan tak lari dari batas biografi.
Hidup menyibak pintunya lamat-lamat semenjak maut melengkapi kisah diri.

Manusia di dunia sejenak tidur belaka dan tersibak mata sejak tiba kematian.
Takdir membuat masa depan tak ada
setelah semua diguratkan di belakang.

Perjalanan di dunia seumpama mimpi menempuh serentang ruang dan masa. Seperti Annemarie Schimmel mengerti
di relung pusara bermula segala cerita.

Udara tak kentara menjangkau pundak sesamar waktu merayap tanpa terlihat. Sebujur fana manusia sebatas tampak sebelum jala-jala kekal hadir menjerat.

Lewat kalimat kasat mendiang berucap
pada nisan dari masa lalu yang terpahat. Langit bertitah kepada yang kelak lindap sedari hayat di dunia hanya lelap sesaat. (Dikutip dari buku Nisan Annimare)

Di saat banyak orang abai dengan kematian, padahal maut adalah 'pelengkap atau penyempurna kisah  manusia', Binhad Nurrahmat dengan lihai berbicara soal maut dengan bahasa yang amat puitik. Dirinya pun sudah amat akrab dengan kuburan.

"Udara tak kentara menjangkau pundak sesamar waktu merayap tanpa terlihat. Sebujur fana manusia sebatas tampak sebelum jala-jala kekal hadir menjerat." Di bait ini kita bisa melihat bagaimana Binhad menggambarkan suasana alam kubur yang begitu mistik dengan kaliamat yang sublim, tetapi sekaligus mengingatkan kita akan suasana horor alam kubur.

Depok, 18 April 2021/ -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun