Pantaskah Ia disebut lelaki ketika yang Ia lakukan adalah menyakiti hati seorang wanita?
Pantaskah Ia disebut lelaki ketika Ia mengumbar perkataan pada wanita, tanpa mampu Ia tepati?
Ingin sekali membencinya, tapi aku tak mampu karena rasa sayangku melebihi kebencianku.
Ingin terus mencacinya, tapi aku tak sanggup, karena aku masih merindukannya.
Maafkan aku...
Pada akhirnya, ketika aku merindukannya, aku hanya mampu berdoa, biar Tuhan yang sampaikan rinduku.
Ketika aku ingin berjumpa dengannya, aku hanya mampu berdoa, biar Tuhan yang selalu di dekatmu.
Ketika aku menghawatirkan keadaanmu, aku hanya mampu berdoa, Tuhan yang akan selalu menjagamu.
Biarkan hanya Tuhan...
Begitu pula dengan cintaku, aku ingin cintaku bersambut atas seijin-Nya.
Yah, diakhir tahajudku, ku sampaikan padamu melalui doaku.