Darmini (73 tahun), menderita kanker sejak tahun 2004. Gejala awal yang dirasakan adalah merasakan cekit-cekit seperti digigit semut dibagian punggung dan ada benjolan kecil di bagian ketiak. Darmini pun menceritakan kepada anaknya apa yang dirasakannya saat itu, kemudian anaknya menyarankan untuk memeriksakan gejala-gejala tersebut ke dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan USG, rontgen dan pemeriksaan laboratorium di dapatkan kesimpulan bahwa ibu Darmini positif mengidap kanker payudara.
Masih pada tahun yang sama dilakukan operasi pengangkatan kanker payudara, operasi berjalan lancar dan Damini pun disarankan oleh dokter untuk meminum obat yang kurang lebih dijalaninya selama kurang lebih 5 (lima) tahun. Darmini pun tidak merasakan efek ataupun gejala-gejala seperti yang dialami sebelumnya.
Beberapa tahun berselang, sekitar bulan Maret 2012 Darmini mulai merasakan sesak nafas pada bagian dadanya. Kemudian dilakukan pemeriksaan ulang yaitu rontgen dan USG. Dokter menyatakan ada cairan di paru-paru (efusi pleura) dan kembali divonis kanker dengan penyebaran ke paru-paru (stadium IV), harus dilakukan tindakan medis untuk menyedot cairan pada paru-paru Darmini kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi.
Hasil USG pada 3 Maret 2012 menunjukkan bahwa terdapat penyebaran pada paru-paru dan tidak ada perubahan dibandingkan hasil sebelumnya, cairan pada paru sedikit berkurang.
Setelah hasil USG menunjukkan adanya penyebaran ke paru-paru hingga kemudian dilakukan kemoterapi sebanyak 12 kali selama 6 bulan, setelah kemoterapi dijalani sebanyak 12 kali kemudian dilakukan pemeriksaan CT scan ulang untuk dibandingkan dengan hasil CT scan sebelumnya. Ternyata didapatkan hasil tidak ada perubahan dibandingkan dengan CT scan sebelumnya. Dokter pun menyarankan untuk kemoterapi lanjutan dengan dosis yang berbeda, namun kali ini Darmini menolak untuk melanjutkan kemoterapi.
Usia lanjut tidak membuatnya gampang menyerah dengan berbekal pengetahuan dari surat kabar yang dibacanya, Darmini kemudian pergi ke Tangerang untuk melakukan pengobatan kankernya tersebut. Bulan Oktober 2012 Darmini mulai menjalani terapi alternatif gelombang elektrostatis. Setelah melakukan terapi dan berkonsultasi beberapa kali dengan ahli fisika medis didapatkan keterangan sebagai berikut :
Selama menjalani terapi elektrostatis, Darmini merasakan rasa sakit pada bagian payudaranya berkurang, ekskresi atau pembuangan metabolisme berjalan dengan normal, tidur malam menjadi lebih nyenyak dan nafsu makan bertambah. Dalam hal ini terlihat beberapa kemajuan yang dialami Darmini, efek buruk yang sering dialami pun berangsur membaik.
Ada beberapa penilaian untuk melihat efek pengobatan pada kanker, yaitu remisi komplit, remisi sebagian, remisi minimal dan progresi. Remisi komplit adalah keadaan dimana kanker sudah tidak terdeteksi lagi setelah pengobatan, kemudian remisi sebagian adalah dimana ukuran kanker berkurang 50% atau setengah setelah pengobatan dan kanker tidak tumbuh lagi. Ada pula remisi minimal adalah keadaan dimana ukuran kanker berkurang tapi tidak mencapai 50% atau setengah dari massa keseluruhan. Yang terakhir adalah progresi yaitu ukuran tumor bertambah besar atau timbul benjolan lain setelah pengobatan atau pasien malah meninggal karena kankernya.
Dari hasil pemeriksaan CT Scan terakhir yang dilakukan pada 11 Januari 2014 menunjukkan bahwa penyebaran pada paru sudah bersih dan tidak tampak penyebaran. Cairan pada paru-paru pun sudah tidak terlihat sedangkan organ lain terlihat normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H