Kabupaten Banyuwangi berada di sisi timur pulau Jawa, tepatnya di posisi timur ujung pulau Jawa dengan jumlah 24 kecamatan. secara budaya Banyuwangi berada dalam simpul kebudayaan yang beragam, etnis di Banyuwangi berkumpul dan berinteraksi dan meneguhkan sebuah identitas yakni KEBERAGAMAN. Banyuwangi dan simpul kebudayaan adalah bukti betapa beragamnya NUSANTARA, rajutan-rajutan perbedaan mengakar pada kehidupan etnik di Banyuwangi. Upaya-upaya untuk pemberdayaan kebudayaan dan kearifan lokal memerlukan adanya sinergisme dari tiap elemen masyarakat. Seni budaya Banyuwangi sangatlah kaya. Posisi Banyuwangi yang strategis berada di ujung timur Pulau Jawa, membuat sejak jaman dahulu Banyuwangi menjadi tempat bertemu dan berinteraksinya beraneka suku bangsa, budaya, dan agama.
Berdasarkan fakta dan isu diatas, budaya Banyuwangi sangatlah plural. Tema "Defend The Land With Adaptive Culture" diangkat sebagai solusi permasalahan dengan tujuan mempertahankan seni budaya di Banyuwangi dengan menyatukan berbagai tradisi di Banyuwangi. Seiring dengan perkembangan jaman ekspresi budaya memiliki dua pilihan, yaitu bertahan dengan keaslian yang murni seperti saat diciptakannya, atau turut berkembang menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman dalam arti perubahan selera generasi penerus pencipta ekspresi budaya tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan budaya tergantung pada kemampuan untuk beradaptasi demi regenerasi budaya itu sendiri.
Lokasi perancangan terletak di jalan Dr. Sutomo, Kepatihan, Kabupaten Banyuwangi dan merupakan jalan satu arah dari arah barat site. Lokasi site memiliki akses yang cukup mudah untuk dijangkau. Memiliki lokasi yang cukup strategis dekat dengan taman Blambangan dan Alun-alun Kabupaten Banyuwangi. Area Sekitar site cukup padat dengan banyaknya area komersil, permukiman, taman kota hingga area pendidikan. Hal ini membuat area site memiliki kemudahan akses dan memungkinkan untuk ramai dikunjungi. Selain itu, area site memiliki potensi dengan menyatunya dengan berbagai kegiatan lokal akan membuat bangunan memiliki atmosfir kebudayaan yang kuat.
Tema "Defend The Land With Adaptive Culture" menggunakan tahapan restoration, adaptive, ekspression dan regeneration sebagai tujuan untuk mewujudkan tema yang diangkat. Tahapan ini memungkinkan terwujudnya tujuan dari bangunan yaitu sebagai wadah untuk mengembangkan dan meregenerasikan seni budaya ke generasi muda yang ada di Banyuwangi. Dirancang menggunakan metode "Arsitektur Simbiosis" dengan menggabungkan antara gaya tradisional dan modern sehingga tetap dapat menjangkau minat dari generaasi penerus bangsa yang nantinya akan mewarisi budaya tersebut.
Pusat kebudayaan di Banyuwangi ini memiliki beberapa kegiatan terkait seni dan budaya yang ingin diperlihatkan sehingga memerlukan beberapa ruangan pada pusat kebudayaan ini seperti Audiotorium/teater, Gallery dan Workshop, Open space, Ampitheater, Exhibition area, Tempat kuliner, dan lain-lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI