Mohon tunggu...
lutfi fm
lutfi fm Mohon Tunggu... -

tertarik pada perubahan personal

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ijinkan U-19 Terus Bersama

25 September 2013   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:26 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="timnas u-19 saat menjuarai AFF 2013"][/caption] Kemenangan u-19 di ajang kompetisi AFF 2013 memberi arti mendalam bagi pecinta sepakbola indonesia. Betapa tidak, garuda muda indonesia memenangi laga tersebut lewat fase yang nyaris serupa dengan laga u-16, drama adu penalti. Menyimak sepak terjang tim u-19 pun tak kalah menarik. Selama pertandingan, penonton serasa disuguhi permainan berkelas yang kini jarang ditemui d timnas senior bahkan di level klub sekalipun. Anak-anak didikan pelatih Indra Syafri ini seolah membawa kembali filosofi sepak bola yang dirindukan "nyata" untuk masyarakat indonesia. Menilik kisah kemenangan tersebut, tidak sedikit pertanyaan muncul seperti - berapa lama tim ini terbentuk, latihan semacam apa yang selama ini diterapkan, darimana pelatih mendapatkan bibit-bibit bagus, dll. Intinya masyarakat dibuat penasaran, tidak mungkin kemenangan yang baru saja diperoleh di ajang AFF berasal dari perencanaan instan. Mereka ini luar biasa, kelemahan-kelemahan yang selama ini dikeluhkan saat menonton pertandingan indonesia di ajang internasional serasa terlunasi sudah oleh permainan apik u-19. Mulai dari stamina, transisi menyerang ke bertahan, variasi bola-bola tengah, umpan pendek - gerakan tanpa bola, akurasi dan keras tendangan, kepercayaan diri - kebanggaan saat bermain, mereka semua punya. Ini yang jarang ditemui dan pasti sulit diperoleh bila tidak melalui proses perencanaan matang. Kalaupun dalam final kemarin indonesia ternyata kalah, rasa-rasanya tidak begitu mengecewakan. Karena kandidat terkuat Vietnam adalah tim yang telah menyiapkan pasukannya selama 6 tahun terakhir.  Namun AFF 2013 ini adalah ajang penentuan, - siapa yang bekerja keras - maka merekalah juaranya. Dan ternyata Indonesia sang juara. Ini adalah tanda bahwa masih ada masih ada mental pekerja pada jiwa anak-anak indonesia, masih ada yang memiliki harapan dan komitmen garuda muda untuk meraih juara. Sebagai ungkapan bangga BTN-pun kini tengah menyiapkan beasiswa pendidikan gratis sebagai bonus bagi kemenangan garuda muda (wuihh.. kayaknya PSSI mulai dewasa nich). Keberhasilan garuda muda di ajang AFF u-19 2013 ini memang mendapat respon positif dari berbagai pihak. Tak terkecuali pihak-pihak yang bergerak dalam pengembangan klub persepakbolaan. Persebaya, PSM, Persija, bahkan RD yang membawahi u-23 pun mulai tertarik pada beberapa nama pemain u-19. Satu sisi ini kabar gembira bagi pemain karena mereka bisa menapaki karir profesional sebagai pesepakbola. Kabar gembira pula bagi klub, karena beruntung mendapat jasa dari pemain lokal bertalenta - investasi yang mungkin saja menopang kejuaraan klub dalam liga. Namun pemerintah perlu mencermati, bahwa perkembangan liga sepak bola tidak selalu berimbas pada kemajuan timnas. Liga premier inggris misalnya, sangat kompetitif, tetapi tidak mampu mengkover kebutuhan timnas inggris dalam kancah piala dunia, bahkan piala eropa. mengapa? karena dalam sepak bola ada ruh. Pemain satu dengan yang lain terikat secara kejiwaan, emosi dan gaya permainan. Mereka saling percaya dan bergerak sebagai satu tim yang solid, dengan visi permainan yang konsisten. Dan untuk memperoleh chemistry semacam itu butuh banyak kebersamaan, disamping pembinaan serius-kontinyu. Bangsa ini tidak berhenti memimpikan timnas mampu berlaga di ajang piala dunia. Mungkin saja PSSI bersedia membuat kebijakan seperti halnya yang dilakukan pemerintah Malaysia ataupun Singapura - membuat klub sendiri bagi timnas, kemudian mengikutsertakan tim tersebut dalam liga profesional (LPI/LSI). Sehingga pada saat kompetisi semacam AFF, sea games bergulir, tidak ada lagi keluhan kalah karena "kurang persiapan". Ini pula yang terjadi pada timnas Spanyol. Materi pemain timnas Spanyol sebagian besar diisi pemain Catalan dan Madrid. Gaya permainannya-pun tidak berbeda dengan yang diterapkan di klub masing-masing. Itulah satu dari sekian resep jitu Spanyol mempertahankan kasta sepakbolanya di dunia. Indonesia? tidak ada salahnya jika ingin menerapkannya. Maka dalam hal ini bukankah lebih baik mengijinkan u-19 terus bersama, bilapun materi pemain belum sempurna - masih banyak talenta muda yang siap diuji komitmennya. Demi timnas indonesia - mari dukung terus perkembangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun