Mohon tunggu...
lutfi fm
lutfi fm Mohon Tunggu... -

tertarik pada perubahan personal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepompong Bangsaku

11 Mei 2014   17:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2014 adalah pertaruhan aneh bagi Indonesia. Munculnya segelintir leader yang awalnya jauh dari ekspos media mengagetkan banyak kepala. Siapa saja sih mereka. Mengapa baru sekarang dunia mengenalkannya pada kita. Seharusnya Kita bisa sejak awal menampilkannya. Indonesia itu Negara besar. Sudah selayaknya berada di belakang orang-orang yang besar jiwanya.

Harapan perubahan bergejolak di mana-mana. Seperti wabah yang menyerang penduduk berbagai usia. Eh siapa tahu lho anak-anak kita tertular sisi positifnya. figure teladan bangsa kita kan raib entah kapan. Kapan datang kembali juga gak bisa diprediksi. Tapi harapan itu juga kan yang kembali membawanya ke sini. Orang-orang berkomitmen untuk selalu menjadi yang terbaik dalam melayani.

Semoga mereka juga bisa lebih banyak member arti. Karena bangsa ini lama sudah kehilangan pemimpinsejati. Pemimpinyang seharusnya lahir dari teladan pribumi. Yang mewakili aspirasi atas teriakan rakyat yang merindukan nyali.

Ini fenomena. Percaya atau tidak semua berawal dari misi jenuh pencitraan yang mulai ketahuan. Iya kan. Kita tak mungkin lah terus berkubang dengan masalah. Sementara orang-orang yang berwewenang seolah berjalan gontai tanpa tulang. Lama lho kita berada dalam ruang masa bodho. Masak mau seterusnya rakyat cerdas ini diplekotho (jawa:diakali).

Ente mau pilih siapa nanti. Ane gak punya tendensi apa-apa lho ya. Kita hanya punya pesan kan. Pesan itu dititipkan kearah mereka. Mereka yang mau memberi pelayanan atas apa yang selama ini kita keluhkan. Cirinya kita tentu bisa menebaknya. Jauh dari apa yang biasa ditampilkan media lama. Leader ini tampil apa adanya, gairah perubahan yang membara dan konsisten-komitmen dengan kinerja.

Kita selalu ceritakan nasib mujur Negara orang. Tapi buat apa toh terus puji rumput orang. Emangnya sudah pasti nyaman buat pensiunan. Lebih baik rumah sendiri. Asal ditata baik nan rapi siapa tahu lebih menawan hati. Pertama mungkinkita benahi lusinan tengik birokrasi yang penuh basa-basi. Yang itu-tu buat orang pusing tambah frustasi. Kalau kalian setuju mari kita bersama angkat jari.

Masih segar kan bagi kita. Pantaskah seorang anak bangsa merunduk di depan kepala dari negeri adikuasa (katanya). Seolah mewakili jutaan rakyat dari negeri Indonesia. Inikah yang disebut penghargaan. Kiranya itu terlihat semacam laporan tahunan yang diserahkan pada atasan. Apakah ini sudah menunjukkan. Taji Indonesia yang bernyali. Atau hanya taktik puji menuai simpati. Tentu bagi khalayak yang mencermati, ini hanyalah ilusi atas berbagai problema yang masih berujud resolusi.

Saatnya Indonesia berubah. Kepompong ini sudah terlalu lama menggantung. Isinya masih hidup. Tak perlu lagi menunggu sampai tuntas berguru. Biarpun awalnya imitasi akan tonggak-tonggak menjulang dari negeri seberang. Biarpun tampak pongah karena tertinggal jaman. Gak apa-apa. Stok manusia berkualitas masih banyak di Indonesia. Asalkan tetap berpegang pada tradisi sejarah bangsa, kita tak mungkin binasa. Oh Indonesia-indonesia. Kepompong Indonesia semoga sekaranglah tiba saatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun