Mohon tunggu...
M Lutfi Abdurrahman
M Lutfi Abdurrahman Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyeru Dakwah Motivasi

Penyeru Dakwah Motivasi dan Khidmat Umat serta Pelayan Tamu Allah bersama Sahara Kafila Wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Umrah di Masa Pandemi

13 Januari 2022   16:34 Diperbarui: 14 Januari 2022   19:08 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umrah di masa pandemi | Dokumentasi pribadi

Pengalaman Umrah di Masa Pandemi

Pelayanan Tamu Allah yang Sejati

Ketika kasus pandemi Covid 19 di akhir tahun 2020 dan awal 2021 menurun, Kerajaan Saudi Arabia sempat membuka pelaksanaan ibadah umrah bagi seluruh muslim dunia termasuk Indonesia.

Dan saya berkesempatan mendampingi Jamaah Umrah Sahara Kafila Wisata. Sebuah pengalaman yang sangat berkesan dan mengharukan. Berkesan karena pelayanan sangat berbeda dengan umrah normal, dan terharu karena tidak semua jamaah yang melakukan umrah bisa berkesempatan sholat di Matof atau area utama thawaf.

Hari pertama, kami dikarantina semalam di hotel dekat Bandara Soeta, untuk memastikan bahwa semua jamaah umrah tidak terjangkit virus Corona.

Setelah semua jamaah melakukan PCR, dan hasil negatif, kami pun terbang menuju Saudi Arabia dengan menggunakan pesawat Saudi Airlines. 

Pelayanan di atas pesawat standar saja seperti umrah normal, hanya saja petugasnya (baca: pramugari) menggunakan baju khusus.

Sembilan jam penerbangan menuju Jeddah, sesampainya di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, yang merupakan bandara baru, semua protokol kesehatan diterapkan, mulai dari dokumen bebas Covif-19,  dan formulir pernyataan dari airlines wajib disertakan selain paspor dan visa, serja jamaah harus berjarak mengikuti prokes.

Setelah pemeriksaan dokumen perjalanan, kita menuju Comvayer bagasi. Kita tidak diperkenankan membawa bagasi sendiri, kewajiban kita hanya memastikan bahwa bagasi kita sudah terkumpul di grup keberangkatan. Kemudian, bagasi akan dibawa oleh petugasnya atau biasa disebut porter.

Dan jamaah pun berbaris menuju bus, masuk ke dalam bus dengan antrian yang teratur dan paspor jamaah di-scan oleh petugas bandara. 

Bagasi sudah diantar oleh porter dan dimasukan ke dalam bagasi bus. Bus pun meluncur menuju hotel yang sudah dipesan.

Pada waktu itu, bus hanya boleh membawa 25 orang atau 50 persen dari kapasitas normal, maka kami pun duduk dengan leluasa dan jamaah diberi hadiah berupa peralatan kesehatan seperti masker, hand sanitizer, tisu basah, Al Qur'an , sajadah dan tasbih, yang akan dibawa untuk beribadah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. 

Umrah di masa pandemi | Dokumentasi pribadi
Umrah di masa pandemi | Dokumentasi pribadi

Perjalanan menuju ke Madinah pun didampingi oleh guide atau biasa kami sebut muthowwif.

Selama 5 jam Perjalanan Jeddah-Madinah dengan sekali beristirahat di rest area, justru tidak membuat jamaah lelah tetapi semangat dan penuh syukur bisa sampai di Madinatur Rosul. 

Sampai di Hotel Royal Inn yang hanya berjarak 100 meter dari gerbang Masjid Nabawi, jamaah langsung dikarantina selama 3 hari.

Kunci kamar dibagikan di atas bus, hanya menunggu 5-10 menit saja setelah itu langsung menuju kamar dan tidak boleh berhenti di lobby hotel. Bagasi diantar sampai depan kamar masing-masing.

Selama 3 hari, kita hanya berkegiatan di dalam kamar saja, dilarang keluar dari kamar dan setiap lantai hotel ada petugas security yang mengawasi para jamaah yang sedang dikarantina. 

Kegiatan saat karantina selain sholat, baca Al Qur'an, dan dzikir, kita juga menyarankan jamaah untuk berolahraga dikamar.

Pasokan makanan sangat lebih dari cukup, makanan diantar ke kamar masing-masing, setiap hari makan daging, baik itu daging ayam, sapi atau kambing. Sehingga, kita menyarankan agar peserta membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk menurunkan kolestrol, asam urat, dan darah tinggi. Begitu juga bisa membawa makanan khas Indonesia, seperti teri tempe orek hingga kentang bencok.

Pada hari kedua, semua jamaah umrah melakukan swab kembali, bagi yang negatif maka pada hari ketiga sudah diperbolehkan menuju Masjid Nabawi untuk beribadah. Sementara yang positif, akan dikarantina selama 10 hari.

Jamaah umrah diberi kesempatan 3 hari beribadah di Madinah, dengan sekali mendapat kesempatan ziarah ke Raudho dan Makam Nabi Muhammad SAW. 

Semua prosedur ziarah di Madinah sudah diatur oleh muasasah atau provider tempat kami mengambil visa umrah. 

Masuk ke Raudho pun tidak perlu berdesakan dan sangat nyaman sekali, karena hanya diperkenankan masuk ke Raudho per 50 orang saja selama 15 menit. Ziarah luar pun berjalan normal seperti biasanya.

Setalah 3 hari di Madinah, jamaah pun menuju Makkah. Perjalanan antar 5-6 jam, sesampainya di Makkah peserta tidak perlu dikarantina lagi. Bisa langsung beribadah di Masjidil Haram dengan prosedur yang berlaku. 

Umrah telah dijadwalkan jamnya, kami mendapat jadwal umrah jam 23.00 malam.

Pelaksanaan umrah berjalan dengan teratur dengan diawasi askar Masjidil Haram, tidak boleh ada desak-desakan, jalur thawaf sudah dibuat sedemikian rupa oleh khodimul baitullah. 

Setelah thawaf 7 putaran, jamaah tidak diizinkan berlama-lama di Mataf,  jamaah harus segera diarahkan ke tempat Sai. 

Di bantaran Sai antara Shofa dan Marwah pelaksanaannya tidak ketat dan tidak ada prokes. 

Setelah melaukan Sai pun, kami segera di arahkan keluar dari Masjidil Haram.

Pada masa pandemi , tidak diperkenankan thawaf sunnah dan mencium Hajarul Aswad, setiap jamaah umrah mendapat dua kali umrah dan ziarah keluar kota Makkah berjalan seperti biasa.

Di Makkah kami tinggal di hotel Mariot, dekat Pintu Raja Abdullah. Adapun konsumsi di hotel saat itu ialah nasi box yang diantar oleh petugas pada jam-jam makan.

Untuk prosedur masuk Masjidil Haram, petugas muasasah berkoordinasi dengan petugas penjaga yang mendaftarkan nama travel kami dan selanjutnya jamaah hanya menunjukan id card travel saja.

Id card travel umrah pada pandemi ini menjadi sangat penting dan harus dibawa ke mana pun jamaah pergi. 

Selain pengganti paspor, id card juga sebagai kartu pengganti aplikasi e-tamarna ke tempat-tempat yang mewajibkan aplikasi tersebut.

Pelayanan umrah pada masa pandemi Covid 19 adalah pelayanan yang sesungguhnya, karena yang dilayani adalah para tamu Allah SWT.

Sebelum kembali ke tanah air, kami kembali melakukan swab yang disediakan oleh pemerintah KSA atas permintaan pemerintah Indonesia. 

Alhamdulillah semua jamaah kami semua negatif sehingga dapat kembali ke tanah air tepat pada waktunya.

Sesampainya di Bandara Soeta, sesuai aturan Satgas Covid-19, semua yang datang dari bandara wajib karantina selama 5 hari, baik di Wisma Atlit atau di hotel-hotel yang dirujuk pemerintah saat itu. 

Setelah karantina 5 hari dan hasil swab negatif, para jamaah umrah baru diperkenankan kembali ke rumah masing-masing.

SEMOGA MEMPEROLEH UMRAH YANG MAQBULLAH. AAMIIN

HM.LUTFI ABDURRAHMAN

SERIAL : Umrah dan Haji

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun