Pendidikan merupakan hal yang penting bagi anak. Salah satunya adalah melalui pendidikan seksual. Dewasa ini, pendidikan seksual masih seringkali dianggap sebagai hal yang tabu untuk diperbincangan bagi sebagian orang, namun bukan berarti tidak ada orang tua yang menyadari pentingnya pendidikan seks bagi anak mereka.
Meskipun secara tidak langsung hal tersebut menjadi konsesus di masyarakat karena tidak sesuai nilai-nilai luhur budaya yang ada. Namun dewasa ini pembahasan mengenai pendidikan seks sering digaungkan oleh para pemerhati anak maupun komunitas-komunitas lainnya sebab hal tersebut dirasa urgen dalam melihat peningkatan kasus kekerasan anak yang ada di Indonesia.
Beradasarkan data Kemen PPA, telah terjadi kasus dari awal januari hingga saat ini dengan total 6.900 kasus kekerasan seksual pada anak, dengan korban laki-laki sebanyak 2.002 korban, dan korban perempuan sebanyak 5.754 korban. Dari sini maka dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan seks pada anak sejak dini.
Urgensi pendidikan seks pada anak, tidak hanya menghindarkan anak dari bahaya predator seksual yang mengintai, tetapi anak-anak tersebut bisa menjadi aktor penyebar informasi bagi teman-teman sebayanya yang jika terus ditularkan akan memutus rantai kasus kekersan seksual pada anak. Namun, tanpa diadakannya pendidikan seksual, menjadikan anak menjadi terbatas akan pengetahuan mengenai dirinya sendiri sehingga anak menjadi kecil kemungkinannya terhindar dari penyimpangan dan kejahatan seksual yang dapat terjadi kapanpun.
Fase Penting Anak dalam Mengenali Diri Sendiri
Pendidikan seks pada anak sangatlah penting dalam mencegah anak menjadi korban kejahatan seksual. Selain itu, edukasi seks juga mengajarkan anak untuk mengenal dirinya sendiri lebih dalam terutama mengenai organ vital dan pribadi. serta edukasi seksual dapat mencegah anak mengalami kehamilan di usia dini hingga mencegah terjadinya penyimpangan dan pelecehan seksual pada anak.
Pendidikan seksual pada anak, baiknya diberikan sedini mungkin agar dapat menyiapkan anak-anak untuk menghadapi apa yang terjadi di masa depan pada dirinya seiring bertambahnya usia anak. Menurut Sigmund Freud, manusia memiliki lima fase dalam perkembangan seksualnya, diantaranya : 1) fase oral (0-2 tahun), pada tahap ini pemenuhan kenikmanatan seksualitas awal anak berada di area sekitaran mulut seperti saat menyusu pada ibu atau dengan memasukkan benda-benda ke dalam mulut. 2) fase anak (2-3tahun), fase ini berlangsung saat kenikmatan seksual anak berada pada area anus. 3) fase phallic (3-6 tahun), pada fase ini kenikmatan seksual anak pada alat kelamin anak seperti saat merasakan sentuhan atau adanya gesekan pada alat kelaminnya. 4) fase laten (6-11 tahun), pada tahap ini aktivitas seksual anak berkurang karena anak lebih fokus pada perkembangan fisik dan kognitif. 5) fase genital (12 tahun keatas), merupakan fase terakhir dikarenakan organ seksual dan hormone seksual pada diri anak mulai aktif sehingga anak sudah dapat menikmati aktivitas seksual secara sadar.
Adapun cara sederhana dalam memulai pendidikan seks pada anak dapat dilakukan sejak anak masih bayi dengan menerapkan “selalu meminta izin” kepada anak saat hendak mengganti popok atau memandikannya atau disaat akan menyentuh area-area vitalnya. Dari sini, secara tidak langsung dapat menanamkan bahwa terdapat area yang tidak semua orang dapat sembarangan menyentuhnya di dalam dirinya. Dan dari sini pula, orang tua secara tidak langsung dapat mengenalkan tentang batasan-batasan atas diri anak ke orang lain selain dirinya sendiri.
Setelah anak berusia 1-3 tahun, dapat dimulai dengan cara mengenalkan area-area tubuh yang vital dan privasi. Serta tidak boleh disentuh oleh sembarang orang kecuali orang tertentu selain dirinya sendiri seperti orang tua dan tenaga medis yang akan melakukan tindakan dan pemeriksaan. Hal ini dapat dilakukan melalui nyanyian atau dengan narasi cerita untuk anak dapat memahami apa yang kita sampaikan.
Peran Penting Orang Tua, Keluarga, Guru dan Lingkungan Sosial
Selain itu, perlu ditumbuhkannya rasa malu melalui kebiasaan pada hal-hal yang berhubungan dengan batas privasi seperti tidak boleh berganti pakaian di depan orang lain dan hanya boleh berganti pakaian di kamar atau kamar mandi dengan bantuan orang tertentu seperti orang tua. Peran orang tua sangatlah penting disini untuk dapat memberikan pendidikan dan pendampingan kepada anak secara langsung mengenai pendidikan seks.