Mohon tunggu...
LUTFIA USWATULMAULIDA
LUTFIA USWATULMAULIDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dari Gereja Katedral Malang

17 Maret 2022   22:54 Diperbarui: 18 Maret 2022   06:10 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamuallaikum wr.wb, hai temen-temen semua kali ini aku akan membahas atau sedikit bercerita tentang sejarah singkat dari Gereja Katedral Malang,  Malang merupakan salah satu kota dimana masyarakatnya menganut berbagai kepercayaan seperti, islam yang merupakan agama mayoritas di kota Malang karena masyarakat di kota Malang khususnya  banyak yang menganut agama islam selanjutnya diikuti oleh agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, serta Kong Hu Chu,  meskipun demikian masyarakat kota malang sangatlah mengedepanakan adanya sikap toleransi dan saling menghargai terhadap kepercayaan masing-masing, dengan selalu hidup rukun dan berdampingan dengan damai meskipun ditengah-tengah berbagai keyakinan yang dianut oleh masyarakat kota Malang,  menerapkan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang luar biasa yang telah dilakukan oleh masyarakat kota Malang, untuk pembahsan saya kali ini adalah tentang sejarah dari Gereja Katedral atau Gereja Katolik yang berada di Malang ini, gereja ini terletak di Jl. Buring No.60, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa  Timur. 

Pada tanggal 11 Maret 2022 kemarin saya bersama teman saya yaitu dinda, kita berdua berkunjung ke Gereja Katedral yang terletak di tengah kota Malang tersebut.

 Sesampainya disana kita disambut ramah oleh penjaga dari gereja tersebut dan langsung di arahkan untuk menemui sekretaris dari Gereja Katedral tersebut yaitu dengan Bapak Markos Suprianto, saat itu bapak Markos banyak menjelaskan tentang sejarah awal berdirinya Gereja Katedral Malang ini atau yang sekarang sering di sebut dengan Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.

 

Pada tahun 1929 bertepatan di Malang Prefek Apostolik (Imam yang memperoleh kuasa administratif sebagai Uskup 1 di tanah misi)  yaitu yang bernama Clemens Van der Pas O.Carm mencita-citakan pembangunan suatu Gereja untuk tempat beribadah bagi kaum yang menganut agama katolik di kota Malang, Karena pada saat itu hanya terdapat sau geraja saja di kota Malang yaitu Gereja Hati Kudus Yesus yang bertempat di Kayutangan, gereja tersebut dibangun pada tahun 1905. Yang pada awalnya gereja Hati Kudus Yesus di Kayutangan yang memberikan pelayanan terutama pelayanan kepada umat berbahasa Belanda. 

Pada saat itu Misa dilakukan dengan menggunakan Bahasa latin, akan tetapi khotbah diberikan dengan menggunakan bahasa Belanda, dengan seiring berjalannya waktu jumlah umat katolik jawa bertambah banyak sehingga khotbah diberikan dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan Belanda, tetapi hal tersebut di anggap merepotkan sehingga agar lebih praktis diusahakan untuk mendirikan gereja khusus untuk umat katolik Jawa. Pada tahun 1929 di jalan semeru didirikan sebuah gereja yang diberi nama Gereja Santo Yusuf (sekarang menjadi gereja Kristen Kalam Kudus).

Pembangunan Gereja Katedral berlansung selama 8 bulan dan pelatakan batu pertama dilakukan pada tanggal 11 Februari 1934, lahan untuk pembangunan Gereja Katedral Malang ini diperoleh di jalan Ijen yang kemudian diusahakan untuk penghimpunan dana. Gambar bangunan atau arsitektur dari bangunan gereja Katedral Malang adalah arsitek L.Estourgie. 

Sayangnya pada tanggal 16 Desember 1933 Msgr. Clemens van der Pas O.Carm wafat yang pada akhirnya Pastor Linus Hencken, O.Carm yang melanjutnya tugasnya untuk melanjutkan pembangunan dari Gereja Katedral Malang tersebut. NV Bouwunding Bureau Sitzen en Louzada yang menjadi pemborong pelaksana yang dipilih. 

Untuk  selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1934 ( tepat enam tahun sesudah sumpah pemuda ) Gereja Katedral Malang diberkati dan diresmikan, yang dipersembahakan kepada Santa Theresia, pelindung karya misi. Gereja Santa Theresia Katedral ini merupakan gereja kedua yang berada di Malang, serta semenjak peresmian gereja tersebut berdiri pula Paroki Katedral Santa Theresia Malang. Romo Dominicus Blommesath, O.Carm merupakan Pastor Paroki yang pertama sedangkan yang bertugas sebagai pastor pembantu (Kapelen) adalah Romo J.Ardts, O.Carm. Selanjutnya pada tahun 1961 Gereja Santa Theresia berganti nama menjadi Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.

Pada saat itu adanya pemberlakuan tentang adanya pemahaman Gereja sebagai institusi yang identik dengan hirarki (para pastor) karena segala sesuatu dilakukan dan dikerjakan oleh pastor yang dibantu oleh biarawan-biarawati serta peranan awam relatif tidak ada. Pada saat tahun 1926 saat gereja tersebut masih bernama Gereja Santa Theresia pada saat itu sudah diselenggarakan Sekolah Dasar berbahasa Belanda (HIS) di jalan Semeru, pada tahun 1930 didirikan sekolah dasar "Ongko Loro" (inlandsche School ze Klasse) di Batek, dan selanjutnya didirika Taman Kanak-kanak (Frobelschool) dan juga Sekolah Dasar St. Ursula di jalan Panderman, serta selanjutnya pada tahun 1936 baru dibangun dan didirikan Sekolah Mengenah Umum ( AMS, Algemene Middleboar School) St. Albertus di jalan Talang.

Pada sekarang ini jamaah dari gereja katedral tersebut berjumlah kurang lebih 3.000 jamaah, kegiatan rutin setiap harinya juga ada di gereja katedral malang ini yaitu kegiatan Misa atau pembaktian yang dilakukan setiap pagi pada hari senin sampai sabtu jam 05.30, selanjutnya untuk kegiatan pada hari minggu sudah diberlansungkan sejak sabtu sore dan dilakukan bertahap menjadi 6 kali ibadah karena jumlah jamaah yang begitu banyak.

Yang sangat mendominan perbedaan antara gereja Kristen protestan dengan gereja katolik adalah dari mulai pimpinannya yang berbeda, pimpinan dari gereja Kristen adalah pendeta sedangkan pimpinan dari gereja katolik adalah pastor serta apabila pimpinan tertinggi dari agama Katolik adalah Paus, Paus merupakan pemimpin gereja Katolik sedunia, sedangkan pada agama Kristen tidak ada pimpinan tertingginya karena setiap pendeta bisa mendirikan gerejanya masing-masing. Demikian sedikit cerita yang bisa saya bagikan kepada teman-teman semuanya semoga bermanfaat dan maaf apabila ada kesalahan kata dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun