Sontak lalu aku tersadar dan berlinanglah air mataku, adik dan kakakku ikut menangis melihat kejadian itu. Aku pun berkata kepada ibu” ya ALLAH ibu maafkan anakmu yang tidak tahu diri ini, aku sudah durhaka sama ibu, aku khilaf ibu, selama ini aku sudah menyusahkan ibu, aku selalu membuat ibu menderita, belum sempat aku membahagiakanmu tetapi aku malah membuatmu susah dan menderita karena keegoisanku.... Jangan benci aku ibu, anggap aku masih menjadi anakmu, rangkul aku kembali ibu... Ajari aku menjadi anak yang berbudi pekerti luhur... Jangan biarkan aku kembali ke jalan kemaksiatan.... Aku takut kehilanganmu ibu... Aku takut.
Ibuku pun menjawab” anakku sudah sadarkah kau akan kesalahanmu... Ibu sayang padamu nak, ibu tidak pernah membencimu, walaupun dalam hati ibu masih sedikit terluka, kau adalah tetap buah hatiku nak.... sampai kapanpun kau akan tetap ku sayang dan tetap menjadi anakku.
Langsung kurangkul ibuku dengan erat, rasanya aku tidak ingin melepaskan pelukanku. Selama ini dihidupku belum pernah aku membahagiakanmu ibu, aku belum sempat membalas semua kebaikanmu wahai orang tuaku. Sejak kejadian itu sedikit demi sedikit aku mulai merubah segala sifat burukku, ku renungkan segala kesalahan kesalahan yang sudak kulakukan. Aku tak kan melupakan kejadian dan peristiwa yang sungguh sangat berharga bagiku. Dan aku selalu berdoa agar Sang pencipta mau memaafkan segala kesalahan kesalahan yang ku lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H