sinar sang surya pun mulai terpancar, orang-orang memulai lagi untuk melakukan aktivitasnya. Begitu pun juga dengan ayah dan ibuku, ayah ku bekerja sebagai pencari ban bekas, dan ibuku bekerja sebagai pedagang di pasar. Ibuku menjual baju, kerudung, celana, dan berbagai macam pakaian. Setiap pagi ibuku selalu berangkat ke pasar, tapi sebelum berangkat ke pasar beliau tak lupa untuk menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, yaitu memasak untuk anak-anaknya, aku melihat ibu selau kuwalahan, apalagi ditambah dengan adik perempuanku yang bernama Monik yang manja. Walaupun sekarang dia sudah kelas 1 smp tapi kelakuhannya masih seperti anak kecil, ingin selalu diperhatikan dan tidak mengerti kondisi orang tua. Hampir setip hari aku selalu memarahinya karena dia sangat nakal.
Aku juga mempunyai kakak perempuan yang bernama Mina, kakak sekarang sudah menjadi seorang mahasiswa di Universitas Negeri Malang, kakak sekarang sudah menginjak semester 3 dan dia mengambil jurusan Tata Niaga(pemasaran), memang jiwa kakakku seperti ibu, dia ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses. Aku salud dengan kakakku Mina, dia sudah mandiri dan menjadi anak yang pemberani. Dari dia di Sekolah Dasar dia sudah menjadi anak yang mandiri dan mengerti kondisi orang tua.
Tidak seperti aku, walaupun aku sudah kelas 2 MAN tapi aku juga masih sering berkelakuan seperti anak kecil, aku belum bisa berfikir dewasa. Mungkin aku tidak jauh berbeda dengan adikku. Ibu juga sering memarahi ku karena aku tidak tahu diri, aku sering membikin orang tua ku marah kepadaku. Banyak kesalahan-kesalahan yang sudah aku perbuat kepada mereka, kalau mereka menyuruhku untuk membeli/melakukan sesuatu aku banyak membantah mereka, aku selalu mementingkan diri ku sendiri. Aku sadar aku egois, aku hanya ingin selalu bersenag senang sendiri, dan aku tidak memikirkan kedua orang tuaku yang selalu sayang padaku.
Aku jadi ingat dimasa kecilku dulu, pada waktu sekolah dasar kelakuan ku sangat nakal, sungguh dosa-dosa ku tak terhitung bagai debu{mengutip sedikit lagu yang dinyanyikan sulis}. Mungkin tidak bisa terhitung kenakalan ku, aku juga ingat kalau ibu menyuruhku untuk membantu beliau berdagang aku selalu mempunyai segudang alasan untuk menolaknya. Entah mengapa aku tidak suka dengan berdagang, kalau disuruh memilih aku lebih suka untuk bersih-bersih{walaupun nggak begitu bersih}.
Aku juga pernah membuat ibu ku sampai menangis karena kenakaln ku, mungkin itu puncak dari kemarahan ibuku. Waktu itu kakak pulang dari Malang, dia sampai di rumah sekitar sore hari. Tiba-tiba ada suara “ tok, tok, tok, assalamu’alaikum....
“wa’alaikumsalam warohmatullah”, eh ternyata kak Mina sudah datang dari Malang. Kakak pasti capek ya????
Kak Mina pun menjawab “ aduh capek banget dek, ibu mana? “ sedang nonton televisi kak sama adek Noni, ayo cepat masuk” Jawab ku.
Setelah kami bedua masuk kakak langsung bergabung dengan ibu dan adikku yang sedang asyik menonton televisi, sedangkan aku sibuk untuk membuka tas kakakku. {berharap ada oleh-oleh yang di belikan kakak}, seisi tas semua aku keluarkan. Ada baju, majalah, bedak, tempat make up, semua aku keluarkan. Ternyata nggak ada yang aku pengen, ya udah aku lalu pergi begitu saja tanpa mengembalikan isi yang ada di dalam tas kakak ke tempatnya.
Kak Mina yang mengetahui hal itu langsung marah-marah dan berteriak kepadaku, “ adek..... apa-apaan ini... kamar kakak jadi kayak kapal pecah begini????? Ayo cepat kembalikan seperti semula. “aku tidak mau, aku malas, beresin aja sendiri” kataku.
Ibu yang mendengar keributan yang kami timbulkan langsung menghampiri kami dan berkata” ada ap ini ribut-ribut? Kalian ini selalu saja berantem. “ini bu adek nggak mau tanggung jawab mengembalikan dan menata barang-barang yang sudah di keluarkan dari dalam tasku”kata kakak.
Ibuku pun menjawab” ayo nduk dikembalikan barang-barang kak Mina yang sudah kamu berantakin”. “aku tidak mau ibu, biar aja diberesin sendiri, aku malas” jawab ku pada ibu. Sampai berulang ulang ibu menyuruhku tapi aku tetap saja menolak permintaan ibu, sampai akhirnya beliau benar-benar sangat marah kepadaku, beliaupun menangis dan memukul pahaku dengan berkata” kamu itu dasar anak nggak punya tanggung jawab, maunya menang sendiri, ibu sudah sabar selama ini menaggapi kelakuanmu, ibu makan hati, ibu sudah nggak kuat lagi sama kelakuanmu”.