Perempuan itu duduk termenung
Sendirian tanpa kawan, mematung di tengah taman
Sepi merajut sepanjang tarikan nafasnya
Bibirnya bergumam, entah apa yang dia bisikkan
Ekor matanya syahdu menatap bunga-bunga
Maniknya lantas mendelik,Â
seekor kupu-kupu bercorak emas melintas
Jemari lentiknya mengusir gerak si kupu-kupu
Kutahu dia
Perempuan itu membenci kupu-kupu
Namun tak berarti ia membenci keindahannya
Perempuan itu tetap mengagumi corak emasnya
Tapi egonya dia tetap membenci kupu-kupu
Perempuan itu membenci kupu-kupu
Bukan salah dia berlaku seperti itu
Dia tahu,Â
bukan salah si kupu-kupu ia ditakdirkan bercorak
bukan salah si kupu-kupu ia ditakdirkan terbang
bukan salah si kupu-kupu ia ditakdirkan dibenci olehnya
Tak ada yang salah
Semua berjalan seperti semula,Â
seperti yang seharusnya
Taman berbunga yang tetap penuh bunga
Kupu-kupu yang terbang menautkan dirinya
Dan perempuan pembenci kupu-kupu yang tenggelam dengan kekagumannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H