Mohon tunggu...
Lutfiana Syarifah
Lutfiana Syarifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Layanan Pendidikan bagi Siswa Tunanetra Tingkat SMP di SLBN Temanggung

29 Desember 2023   13:23 Diperbarui: 29 Desember 2023   14:06 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA
TINGKAT SMP DI SLBN TEMANGGUNG

Lutfiana Syarifah
Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
 lutfianasyarifah16@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang layanan pendidikan anak tunanetra di tingkatan SMPLB Djojnegoro Temanggung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas, guru seni music dan siswa. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data dengan triangulasi teknik dan sumber. Data dianalisis menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian layanan pendidikan siswa tunanetra tingkat SMP di SLB Temanggung meliputi, 1) Pendidikan untuk siswa tunanetra yang masih punya sisa penghlihatan masih bisa melihat huruf dan menggunakan sosial media namun ukuran huruf nya yang harus diperbesar. 2) Pendidikan untuk siswa yang sama sekali tidak bisa melihat harus menggunakan Braille utuk mencatat pembelajaran dan mengunakan fitur khusus untuk menggunakan social media dengan mengandalkan indra pendengaran. 3) Saat pelajaran seni musik siswa tunanetra lebih fokus ke vocal dan ada juga anak tunanetra yang bisa main alat music keyboard karena turunan keluarga. 4) Siswa tunanetra mengalami buliying disekolah umum sehingga mereka pindah ke SLBN Temanggung.
Kata kunci: pendidikan, tunanetra

Abstract
This research aims to explain educational services for blind children at the Djojnegoro Temanggung SMPLB level. This research is qualitative descriptive research. The subjects of this research were class teachers, music art teachers and students. Data collection through observation, interviews and documentation. Data analysis by data reduction, data display, and drawing conclusions. Data validity techniques using triangulation of techniques and sources. Data were analyzed using data reduction steps, data presentation and drawing conclusions. The results of research on educational services for blind students at junior high school level at Temanggung Special School include, 1) Education for blind students who still have residual vision can still see letters and use social media, but the size of the letters must be enlarged. 2) Education for students who cannot see at all must use Braille to record learning and use special features to use social media by relying on the sense of hearing. 3) During music lessons, blind students focus more on vocals and there are also blind children who can play keyboard instruments because of their family history. 4) Blind students experience bullying in public schools so they move to special schools Temanggung.
Keywords: education, blind

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk bisa menjamin keberlangsungan kehidupannya dan juga menjadi faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, karena kualitas kehidupan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pendidikan. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes mengartikan pendidikan sebagai upaya membantu anak agar bisa mengembangkan diri secara optimal di dalam masyarakat (Arif Rohman 2009: 8). Dalam hal ini tujuan dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi dari peserta didik agar bisa menjadi insan yang lebih berkualitas.
Hal ini berlaku juga untuk anak berkebutuhan khusus yang juga merupakan peserta didik yang mempunyai karakteristik dan keunikan sendiri pada proses pembelajaran. Dilihat dari hakekat, martabat, dan harkat kemanusiaan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada dasarnya sama (Parwoto, 2007:16). Dengan adanya anak yang berkebutuhan khusus di dalam suatu sekolah yang memiliki kekurangan dan juga kelebihannya tidak lantas menimbulkan diskriminasi kepadanya. Sekolah inklusif atau SLB merupakan solusi yang sudah diberikan pemerintah untuk dapat menyelamatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di Indonesia.
Namun pada saat ini terkadang masyarakat sering sekali beranggapan jika anak sekolah di SLB adalah anak yang tidak berguna dan tidak bisa apa-apa. Bahkan akan timbul rasa malu jika anaknya disekolahkan di SLB. Dengan adanya sekolah inklusif anak berkebutuhan khusus masih bisa merasakan pendidikan dengan anak normal lainnya di sekolah yang sama. Hal ini juga dapat mengurangi diskriminasi ras. Dengan adanya sekolah inklusi dapat memberikan banyak kesempatan bagi semua anak termasuk juga untuk anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan pendidikan yang semestinya sesuai dengan kebutuhannya.
Pada saat ini di Temanggung sudah ada Sekolah Luar Biasa yang membantu anak yang berkebutuhan khusus untuk bisa meraskan pendidikan seperti anak yang normal tercatat hingga saat ini ada sekitar 280 siswa SLB yang terdiri dari siswa SDLB, SMPLB hingga SMALB. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang layanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, khususnya mereka yang memiliki kekuranga pada bagian penglihatan atau disebut Tunanetra. Tunanetra tidak saja mengarah pada mereka yang buta, tetapi juga mencakup bagi mereka yang mampu melihat namun sangat terbatas dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar.
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, melukiskan dan menggambarkan layanan pendidikan siswa tunanetra pada jenjang SMP di SLB Temanggung
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Temanggung yang berlokasi di Jalan Grilya No.25, Kowangan, Temanggung. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 November 2023.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas, guru seni music dan siswa tunanetra jenjang SMP.
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperlukan dalam proses penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari sumber penelitian berdasarkan instrumen yang digunakan. Banyaknya data yang diperoleh direduksi untuk menentukan data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari data yang diperoleh kemudian ditampilkan dan disimpulkan.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Instrumen
Seperti yang telah disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka dalam pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen utama dibantu pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk memudahkan mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Bagi Siswa Tunanetra
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan pembelajaran yang dirumuskan untuk anak berkebutuhan khusus tidak ada perbedaan dengan siswa yang lainnya yang berada disekolah umum.
Pelajaran Menulis di Kelas
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ginanjar selaku guru SMP tunanetra mengatakan bahwa  juga tidak menemukan adanya perbedaan materi hanya saja sedikit berbeda dibidang tertentu seperti misalnya untuk pelajaran disekolah umum untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih dikembangkan melalu mata pelajaran Biologi, Fisika, dan juga Kimia kalau di SLB pelajaran nya hanya ada IPA saja dan juga untuk materi pembeljaran lebih disingkat.
Saat pelajaran menulis siswa tunanetra yang masih punya sisa peglihatan bisa menulis layaknya anak biasanya namun butuh waktu yang lama karena hanya mengandalkan sedikit sisa penglihatannya. Lalu untuk anak yang sama sekali tidak bisa melihat harus menggunakan Braillle untuk bisa mengikuti pembelajaran menulis. Siswa H yang merupakan siswa tunanetra kelas 9 yang tidak bisa melihat mulai belajar Brille saat masih jenjang SD lalu kemudian saat SMP sudah mulai lancer menggunakan Braille. Hal tersebut juga diajarkan oleh guru yang mengampu sehingga siswa tersebut masih bisa mengikuti pembelajaran saat menulis.
Pelajaran Seni Musik
Siswa Tunanetra dijadikan satu kelas baik itu dari SDLB, SMPLB dan juga SMALB namun tetap ada pembatas untuk membeakan tiap jenjang dan untuk pelajaran seperti seni musik digabung. Pada saat pelajaran seni music siswa yang tidak memiliki bakat untuk memainkan alat music biasanya akan lebih fokus ke vocal sedangkan untuk siswa yang sudah memiliki bakat sejak lahir atau biasanya turunan dari salah satu keluarganya akan dengan mudah untuk memainkan alat music walaupun itu hanya bisa dilakukan dengan meraba.
Pada saat wawancara dengan guru seni music beliau mengatakan bahwa anak tunanetra biasanya juga akan lebih peka terhadap sentuhan yang diberikan, misalnya mereka tau siapa yang menyentuh tangannya tanpa orang itu mengeluarkan sepatah katapun. Bu Mei selaku guru seni music mencoba mengembangan bakat dari anak tunanetra agar tidak dikesampigkan oleh masyarakat yang ada diluar sana. Beliau menyakini bahwa ketika ada sesuatu yang diambil pasti juga aka nada kelebihan yang lain.
Penggunaan Gadget di Kelas
Saat sekolah siswa memang diperbolehkan membawa gadget karena memang tida ada peraturan yang melarangnya namun seperti sekolah lainnya ketika jam pelajaran tidak boleh dioperasionalkan hany boleh digunakan ketika jam istirahat saja. Anak yang masih punya sisa penglihatan tetap bisa menggunakan gadget namun untuk ukuran tulisannya yang harus diperbesar dan untuk anak yang sama sekali tidak bisa melihat harus menggunakan fitur khusus yang disediakan digadget seperti misalnya ada suara setika menekan sebuh aplikasi dan saat menulis pesan aka nada suara yang berasal dari huruf agar mempermudah anak tunanetra mengunakan gadget.
Dengan hal itu yang menjadikan siswa tunanetra lura biasa, meskipun dengan kekurangan pada bagian penglihatan tidak mematahkan semangat mereka untuk terus menuntut ilmu seperti anak normal pada umumnya. Bahkan, jstru mereka yang mempunyai kekurangan akan membuat mereka lebih berusaha agar mempunyai cara untuk berkembang dan tidak dipandang remeh oleh orang lain.
Kasus Bullying pada Siswa Tunanetra
Seorang  siswi SMP kelas 8 yang diketahui berinisial S mengatakan bahwa ia masuk di SLB Temanggung saat kelas 5 karena sebelum itu ia bersekolah disekolah umum bersama dengan anak yang normal. Namun, ia merasakan adanya kesenjangan sehingga teman-teman disekolahnya dulu melakukan tindkan bullying terhadapnya sehingga membuat ia memutuskan untuk pindah bersama anak special lainnya.
Tindakan seperti itu juga ia rasakan saat dirumah sehingga ketika dirumah ia tidak bisa bergabung dengan anan sebayanya. Ia hanya keluar sesekali paling hanya untuk seuatu keperluan saja selebihnya ia hanya dirumah dan jarang bersosialisasi dengan kawan kebayanya. Ia hanya bisa bersosialisasi saat ia berada disekolahnya sekarang bersama dengan anak luar biasa lainnya.

KESIMPULAN
Saat pelajaran menulis siswa tunanetra yang masih punya sisa peglihatan bisa menulis layaknya anak biasanya namun butuh waktu yang lama karena hanya mengandalkan sedikit sisa penglihatannya. Lalu untuk anak yang sama sekali tidak bisa melihat harus menggunakan Braillle untuk bisa mengikuti pembelajaran menulis. . Pada saat pelajaran seni music siswa yang tidak memiliki bakat untuk memainkan alat music biasanya akan lebih fokus ke vocal sedangkan untuk siswa yang sudah memiliki bakat sejak lahir atau biasanya turunan dari salah satu keluarganya akan dengan mudah untuk memainkan alat music walaupun itu hanya bisa dilakukan dengan meraba.
Anak yang masih punya sisa penglihatan tetap bisa menggunakan gadget namun untuk ukuran tulisannya yang harus diperbesar dan untuk anak yang sama sekali tidak bisa melihat harus menggunakan fitur khusus yang disediakan digadget seperti misalnya ada suara setika menekan sebuh aplikasi dan saat menulis pesan aka nada suara yang berasal dari huruf agar mempermudah anak tunanetra mengunakan gadget. Kasus Bullying juga sering terjadi pada anak tunanetra yang dilakukan oleh teman-teman disekolahnya dulu terhadapnya sehingga membuat ia memutuskan untuk pindah bersama anak special lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ramadani, I. (2017).  LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA TUNANETRA LOW VISION KELAS V SD MUHAMMADIYAH BOGOR, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017
Riadi, M. (2019). KARAKTERISTIK, PENYEBAB DAN METODE BELAJAR ANAK TUNANETRA. Diunduh pada 12 November 2023.[online]. Di https://www.kajianpustaka.com/2019/11/jenis-karakteristik-penyebab-dan-metode-belajar-anak-tunanetra.html?m=1#google_vignette

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun