Seorang teman yang menolak hierarki tak pernah melewatkan "Okja" di setiap obrolannya yang menyoal film. Yes, Okja aku kira termasuk film dengan isu-isi tentang pergerakan, ada kisah memperjuangkan sesuatu di sana.
Bong Joon Ho lagi-lagi mengeluarkan film dengan jalan cerita yang cukup keras. Setelah sebelumnya ia berhasil mengeluarkan "The Snowpiecer" yang begitu gamblang menceritakan dan mengkritik kelas-kelas yang ada dalam masyarakat, kini ia membawa aroma anarkisme dalam filmnya. Lebih tepatnya anarko yang mencoba melindungi binatang. Hmmmm~
Okja bercerita tentang babi transgenik karya sebuah perusahaan multinasional, Mirando. Mirando mempromosikannya sebagai babi organik yang nantinya dibesarkan 26 petani di dunia selama 10 tahun, salah satunya ialah Okja, yang dibesarkan Mija, cucu seorang petani di Korea. Babi ini dikonteskan, babi terbaik akan diterbangkan ke New York untuk dipamerkan.Â
Okja ialah babi pemenang, ia diambil paksa dari Mija. Tak tinggal diam, Mija mengejarnya, ia dibantu beberapa orang ALF (Animal Liberation Front). Pada akhirnya Mija bisa kembali ke daerah asalnya bersama Okja. Tentu saja penuh dengan intrik yang tak akan aku ceritakan di sini hehehe.
Tapi, di samping kekerenan isu-isi yang dibawanya sehingga disebut-sebut terus sama temenku, Okja punya beberapa part jalan cerita yang kurang masuk di akalku. Rupanya sosok Okja yang imajiner diikuti pula dengan kisahnya. Jika dibandingkan dengan "The Snowpiercer", aku tak yakin ini benar-benar karya Bo Jong Hoon.
Pertama, Jay, salah satu anggota kelompok ALF yang berpaham anarkis menggunakan satu setel jas lengkap. Why? Bukankah tokoh dalam film The East juga sempat memakai jas dan gaun? Yes, mereka pake itu sebagai kostum, tapi Jay?
Dia pake jas sepanjang film. Terserah apapun kategori anarkis yang dianutnya, nilai dasarnya tetap satu, anarkis, selain menolak hierarki ia juga tak menyepakati borjuasi. Tapi Jay malah memakai jas, mengindikasikan kemapanan. Ah, jasnya kan tidak berganti, mungkin ia tak punya baju lagi. Okee, bisa ku (paksa) terima.
Masih tentang Jay dan kelompok anarkisnya. Sepemahaman ku tak ada yang namanya ketua dalam kelompok anarkis, tapi Jay, aku rasa dia mengambil porsi terlalu dominan.Â
Anarkis tidak memiliki hierarki, jika seorang di antaranya sudah tidak sejalan atau melanggar etik, ia tidak akan diikutsertakan dalam gerakan selanjutnya, atau menyadari kesalahan dan tak mengulangi lagi.Â
Bukannya malah menyuruhnya keluar dari organisasi, lagian situ siapa, konsensus ada atau engga kita engga tau, asal nyuruh keluar aja. Padahal di situs resminya, ALF mendaku tak memiliki anggota pun  pemimpin (there are no membership lists and leaders). Tapi itu dilakukan Jay terhadap K, karena berbohong dalam menerjemahkan demi kelangsungan aksi. Aneh, sungguh.
Lagi, untuk saat ini, aksi langsung harus penuh dengan perhitungan dan pertimbangan. Kita semua tau bahwa aksi langsung yang dahulu sempat begitu ramai terjadi, memiliki kritik yang tidak sedikit, jadi belajarlah. Tapi, aksi langsung yang dilakukan Jay dan kawan-kawan ALF-nya, cenderung gegabah dan kurang perhitungan.Â
Ya masa setelah nolongin Okja dan Mija dari petugas Mirando, tiba-tiba mereka ditinggalin gitu ajaa di truk. Dikejar-kejar petugas + polisi, nolongin, dibawa ke truk, trus ninggalin Okja-Mija di tengah jalan gitu ajaa? Apa maksudnya coba? Orang awam mana yang engga curiga deh, tapi sepertinya semua orang di film itu lebih polos dari orang awam, oke fix.
ALF, penyelamat hewan dari manusia, memang terlihat jelas paham anarkisnya. Tapi ya engga menolak makan juga kali ya, bunuh diri itu namanya. Aku tau bahwa manusia adalah makhluk paling engga guna dalam siklus alam. Jika manusia punah, siklus alam masih akan terus berjalan, malah menjadi lebih baik, tidak dirusaki si.
Kalo Silver menolak makan karena pahamnya bahwa manusia itu makhluk sampah, ya mending mati ajaa lu, daripada engga makan dan nyusahin yang lain.Â
Mengungkap eksploitasi hewan oleh manusia engga, mati iya. Kalo lu ngga makan, lu mati, siapa yang nyelametin hewan-hewan tak berdosa yang jadi objek kerakusan manusia pele!
Lagi ya. Setauku setiap binatang punya insting untuk kawin, ngga ada tuh namanya pemerkosaan kalo di antara hewan sama hewan. Pernah liat ayam jantan sama betina kawin ngga?
Mereka kan lari-larian dulu, itu pemerkosaan tuh? Ah, yg bener ajaa deh. Beberapa teman juga mencoba mengawinkan hewan mereka tapi ngga bisa tuh dipaksa, meski dikandangin dalam satu kandang belom tentu mereka mau kawin dan hamil. Yang ada mah pemerkosaan oleh manusia yang ngga punya kewarasan buat kawin sama hewan.
Atau model-model inseminasi buatan biar pada beranak tuh sapi-sapinya. Jadi, plis ngga usah lebay kalo Okja dikawinin sama babi transgenik lain, karna hewan ngga bisa merkosa hewan lain, Pak!
Terakhir ya, karna aku emosi ngomongin Okja lama-lama. Kalo endingnya Okja balik lagi ke daerahnya sama satu lagi babi cilik trus apa konklusinya? Udah ngurusin diri sendiri aja mah, terserah orang lain mau gimana yang penting diri (Okja-Mija) aman gitu? Mirando ngga dijelasin jadi gimana, ALF juga dibiarin gitu aja dipukulin dan ditangkepin, dan lu Ja, malah balik bawa si Okja sama bayi babi. Hmmmm.
Terlepas dari itu semua, aku baru tau kalo ada alat buat ngambil daging segar dari tubuh hewan pas mereka masih hidup. Biar bisa ngerasain daging segarnya enak atau engga. Sungguh, itu tega banget, ya orang masih hidup dagingnya diambil, gimana coba rasa sakitnya, langsung bunuh aja lah daripada disiksa.
Meski banyak kekesalan selama film dan pasca film, baik pas aku bikin tulisan ini atau kalo nginget-nginget filmnya lagi, aku tetep menunggu karya-karya dengan isu-isi berani macem punya Bong Joon Ho ini. Terlepas dari semuanya, tulisan ini tidak, mengurangi kekaguman atas kerja keras pembuat film :)
(2.5/5)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H