Actor-actor atau pelajar lain yang tidak masuk dalam ruang sosial baru itu pun juga timbul perasaan tidak ingin kalah, mereka pun ikut membuat ruang sosial barunya. Yang mana jika anak-anak jaman sekarang sering menyebutnya sebagai circle. Circle-circle ini lah yang membuat kelas atau ruang sosial terlihat menjadi terpecah. Karena, tak jarang circle satu dengan circle lainnya menolak untuk melakukan interaksi atau bersosialisasi satu sama lain. Masalah ini menjadi suatu hal umum yang terjadi antar para pelajar.
Kekerasan yang kerap terjadi antar kelompok pelajar ini adalah kekerasa secara verbal, yaitu kekerasan terhadap perasaan dengan mengeluarkan kata-kata kasar tanpa menyentuh fisik, kata-kata memfitnah, kata-kata yang mengancam, menakutkan, menghina, atau membesar-besarkan kesalahan. Kekerasan verbal ini sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pelajar dimana mereka kerap kali menghina, mengatai, mengumpat, antar kalangan pelajar.
Jikalau dapat diberikan contoh adalah ketika kelompok pelajar 1 menghina dan mengolok kelompok pelajar 2. Kelompok pelajar 2 tentunya yang mendapat penghinaan tersebut akan merasa marah dan tidak terima akan kucilan dan hinaan yang dilontarkan oleh kelompok pelajar 1. Dari hinaan dan kucilan yang dilontarkan oleh kelompok pelajar 1, kelompok pelajar 2 tidak terima dan kembali membalas hinaan dan kucilan tersebut kepada kelompok pelajar 1.
Dari situasi ini, dapat menjadi implementasi nyata atas suatu Teori Sosiologi, cabang materi Paradigma Defini Sosial dengan teori Interaksme Simbolik. Dalam salah satu cabang materi sosiologi, yaitu Paradigma, paradigma ternagi menjadi 3 jenis paradigma, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial, dan Paradigma Perilaku Sosial. Paradigma Definisi Sosial memiliki beberapa teori pendukung, salah satunya adalah Teori Interaksme Simbolik
Teori Interkasme Simbolik merupakan teori pengembangan dari salah satu teori sebelumnya yaitu teori aksi. Teori ini menjelaskan mengenai manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir yang terus berkembang. Perkembangan kemampuan berpikir ini dibentuk dari adanya interkasi sosial para individu.
Dari interaksi inilah yang membawa manusia dapat mempelajari simbol dan makna yang individu itu dapat dari interkasi yang dilakukannya. Dari simbol dan makna ini, memungkinkan manusia untuk memnggunakan kemampuan berpikirnya untuk menelaah makna dan simbol dan lalu menentukan situasi setelahnya.
Pengeimplementasian teori ini terlihat dari sikap interkasi antar kedua kelompok pelajar tersebut, dimana hinaan dan kucilan yang dilontarkan kelompok pelajar 1 diartikan sebagai simbol dan oleh kelompok pelajar 2, mereka mencoba menfasirkan makna dan simbol tersebut. Dan dengan kemampuan berpikir kelompok pelajar 2, mereka menafsirkan simbol tersebut sebagai hinaan, cacian, makian, sebagai sesuatu yang menjatuhkan harga diri para individu kelompok pelajar 2.
Dengan kemampuan berpikir yang terus berkembang, pelajar kelompok 2 berhasil menafsirkan simbol dan makna yang diberikan kelompok pelajar 1. Teori Interaksme Simbolik ini terimplementasi dengan baik dalam kasus kekerasan verbal yang terjadi antar kedua kelompok pelajar ini.
Kekerasan pelajar dalam dunia pendidikan bukan hanya selalu mengenai perundungan, perkelahian, dan lainnya. Hinaan, cacian, makian, dan lainnya pun dapat masuk ke predikat kekerasan, yang mana dapat kita sebut sebagai kekerasan verbal. Kekerasan verbal ini sering sekali terjadi dalam lingkup pelajar, karena memang pada dasarnya saling caci satu sama lain sudah menjadi menjadi hal yang wajar dalam linkungan pelajar.
Kekerasan antar para pelajar terutama antar satu kelompok pelajar dengan kelompok pelajar lainnya tertanya berkaitan dengan salah satu hasil Pemikiran dari seorang tokoh sosiologi terkenal yaitu, George Simmel, dengan pemikirannya mengenai Ruang sosial yang mana memiliki Aspek Ruang dan Waktu, yang membahas mengenai Aspek Batasan Ruang. Yang mana ternyata berkaitan dengan situasi terkini mengenai ruang sosial para pelajar indonesia.
Tidak hanya situasi ruang sosial yang berkesinambungan, pola permasalah sosial yang terjadi antar kelompok pelajar sosial tersebut juga tercerminkan dalam salah satu Cabang Ilmu Sosiologi, yaitu Paradigma Definisi Sosial, dengan salah satu teori pendukungnya, yaitu teori Interaskme Simbolik. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana manusia atau individu dapat menangkap makna dan simbol yang diterimanya dan menafsirkan simbol dan makna tersebut menggunakan kemampuan berpikirnya yang terus berkembang. Teori ini menjabarkan perilaku-perilaku pelajar yang sejalan dengan teori interksme simbolik.