8. Budaya
Wawancara dengan Responden
Untuk mengenal konsep diri dari Teori Hurlock lebih dalam, penulis mewawancarai seorang anak SMA dari sekolah MA Annida Al-Islamy beriniasial NA dari kelas XII Agama. NA adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang memiliki kelebihan dalam menjaga pergaulan, senang menulis sebuah cerita, mahir berbahasa Arab, dan merasa bahwa kekurangan nya adalah tidak menyukai bahasa Inggris. Dari kelebihan dan kekurangan yang ia rasakan, ia merasa nyaman dengan hidup nya, merasa diterima dan dihargai oleh orang-orang di sekitarnya, walaupun pasti ada saja yang tidak suka. Dan ia merasa itu adalah hal yang wajar.
NA merasa masih ada yang jauh lebih besar tantangan hidup nya di luar sana, banyak yang lebih susah, dan ia berkaca dari perjuangan orang tuanya. Itulah yang membantu NA tetap optimis meskipun menghadapi tantangan besar dalam hidupnya.
Gadis cantik yang mempunyai hobi membaca wattpad ini juga mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah tanpa marah berlebihan, ia cenderung lebih sabar, karena ia merasa capek jika harus marah-marah, supaya juga ketika ia mengungkapkan rasa kesalnya tidak meledak-ledak di depan banyak orang, agar tidak salah berucap, dan berujung penyesalan. Namun, tak jarang, ia akan memendamnya lalu menangis. Tetapi, ia tetap mencoba memaafkan, karena tidak semua orang bisa selalu mengerti perasaan kita.
Bahkan NA memandang diri sendiri secara positif ketika menghadapi kekurangan dengan cara bersyukur. Karena ia merasa bahwa terkadang posisi kita menjadi impian banyak orang. Dan yang namanya hidup, itu pasti saling melengkapi dan saling bergantungan.
Tetapi, NA jarang diberikan pujian dan hadiah apabila mencapai suatu prestasi. Ia merasa mungkin memang tidak ada yang istimewa, sehingga berlalu begitu saja. Padahal, NA termasuk murid berprestasi yang menduduki peringkat kedua. Awal-awal NA merasa sedih, tetapi semakin lama, ia biasa saja. Tetapi, jika ia berulang tahun dan ada yang memberikan ia sebuah hadiah, ia merasa sangat senang karena merasa di apresiasi.
NA juga merasa ada situasi di mana ia merasa kurang percaya diri karena takut salah ketika semisal guru bertanya soal yang ia tidak ketahui. Penyebabnya ialah karena trauma pernah di tertawakan ketika ia berusaha percaya diri. Tetapi, NA juga tetap ada niat untuk berusaha melawan rasa kurang percaya diri tersebut. Karena salah itu tidak apa-apa. Karena dari salah, kita belajar cara yang benar. Kesalahan bukan akhir, melainkan awal dari pemahaman yang lebih dalam.
Yang terjadi dalam pikiran NA ketika ia mengalami kegagalan, seperti nilai buruk di ujian adalah tidak apa-apa, ia masih bisa untuk terus mencoba lagi. Dan NA justru berintrospeksi diri, mungkin memang itu salah nya, karena kurang banyak belajar dan mempersiapkannya. Ia merasa kecewa, tetapi itu tidak apa. Ia pasti bisa lebih dari ini dengan berusaha lebih keras lagi dan fokus belajar. Bahkan, ia tidak pernah menjadikan siapa pun lawan, ia selalu akan membantu teman-temannya.
Perasaan NA ketika mendapatkan kritik atau merasa tidak diterima oleh guru atau teman sekelas adalah sedih. Tetapi itu hak mereka, jadi hanya bisa di terima saja. Kritik yang diterima NA adalah kritik introvert. Karena ia takut di bilang "sok kenal sok dekat", tetapi ia selalu berusaha memberanikan diri dan berusaha beradaptasi. Karena pastinya ia akan selalu bertemu orang-orang baru, pelajaran baru, atau guru baru. Dan ia harus bisa untuk menyesuaikan diri. Tetapi tidak ada yang sampai tidak menerima dia.
Syukur Alhamdulillah NA pun menjalani hidup nya sesuai dengan kemauan diri nya sendiri. Ia tidak mendapat pengontrolan yang sangat ketat dari keluarganya. Tetapi, ia tetap di beri arahan dari keluarganya.