Hari-hari di rumah sakit merupakan saat-saat terakhir kebersamaanku bersama Mamaku tercinta. Aku dan Simbahku berjaga bergantian. Kadang aku juga menebus resep obat yang diberikan pihak rumah sakit. Selang dua hari Ibuku dirawat, saudara-saudaraku yang lain datang menjenguk dan itu membuat Ibuku senang, membantu kondisi fisik Ibuku membaik juga melegakan hatiku. Malam sebelumnya, Bapak dan Adikku sudah lebih dulu tiba di rumah sakit untuk menemani Ibuku. Keesokkan harinya Bapak dan Adikku harus kembali ke Tangerang masuk kerja. Sedangkan aku sudah mengundurkan diri dari pekerjaan setelah Idul Fitri atau sebelum keberangkatan kami ke Pemalang. Siangnya Ibuku meminta dibelikan buah pir, bibiku pun membelikannya. Dan buah itu menjadi buah terakhir yang dimakan Ibuku.
Di malam itu sungguh tidak kuduga kalau Ibuku sambil duduk mengucapkan doa dengan suara lantang cukup keras dan terdengar oleh semua pasien dan orang-orang yang berada di ruangan itu. Inti dari doa tersebut memohon ampunan kesembuhan bagi penyakitnya kepada Allah SWT. Aku hanya bisa terdiam, termangu seolah tidak percaya apa yang kudengar ini, melihat kondisi Ibuku yang sedang sakit dan dipasangi selang oksigen. Sepintas aku merasa bahagia mendengarnya, bagiku itu pertanda kondisi Ibuku membaik dan akan segera sembuh. Waktu semakin malam akupun naik keatas tempat tidur Ibuku dan duduk disampingnya. Jam semakin larut, Ibuku pun tertidur. Aku juga tertidur tepat disamping Ibuku agar Ibuku tidak terjatuh.
Pagi harinya seperti biasa setiap pukul 7 pagi suster mengantarkan sarapan. Aku suapi Ibuku memakan bubur lalu meminumkan obatnya. Entah kenapa hari itu ada yang lain pada diriku. Saat suster memberikan resep obat, aku tidak mau pergi. Kubaca resep itu, tapi hati kecilku berkata, aku tidak mau menebus obat, aku mau disini menemani Ibuku. Resep itu aku taruh dilaci. Lalu aku segera duduk disamping Ibuku, kupeluk beliau dengan penuh kasih sayang. Aku sama-sama berdoa dengan Ibuku memohon kesembuhan pada Allah SWT. Saat itu kami berdoa agar Ibuku diberi kesembuhan supaya bisa Sholat berjamaah lagi bareng keluarga, agar bisa berjualan kembali dan itu sangat indah bagiku.
Kupeluk Ibuku dan beliau menyandarkan badannya di bahuku. Kubelai rambutnya sambil aku berdoa dalam hati kepada Allah SWT memohon kesembuhan. Aku menangis tak kuasa menahan air mataku. Entah apa yang terjadi pada diriku, aku tak mengerti. Aku terus menangis sehingga air mataku terus bercucuran dan membasahi pipiku. Hingga saat suster datang mengecek kondisi Ibuku, aku terus menangis tak menghiraukan mereka. Yang aku tahu saat itu, aku hanya ingin memeluk Ibuku. Lalu Ibuku memanggil suster dan berkata, "suster tolong sini sembuhin saya, saya bayar berapa aja". Setelah itu kondisi Ibuku terus memburuk.
Pada hari itu aku tak tahu harus berbuat apa, aku hanya bisa menangis ketakutan. Dokter segera datang memberikan pertolongan. Dokter pun memberitahu saya bahwa kondisi Ibuku sudah kritis. Aku SMS nomor adikku untuk memberitahu bahwa kondisi Mama kritis dan kuminta mereka segera pulang ke Comal.
Menjelang Ashar Pamanku datang bersama dua orang saudaraku yang lain. Pada saat itu kulihat detik-detik terakhir Ibuku, kulihat saat-saat sakaratul maut Ibuku. Lalu Pamanku berdiri tepat disampingku, di depan Ibuku yang sedang terbaring menghadapi sakaratul maut dan membacakan QS. Yasin. Tepat setelah Pamanku selesai membaca QS. Yasin, Ibuku menghembuskan nafas terakhir pada hari Juma't,15 Oktober 2010. Ya Allah begitu cepat beliau meninggalkan kami. Dalam hati aku ucapkan Inalillahi Wainailaihi Roji'un. Aku masih belum percaya Ibuku telah tiada. Saudaraku yang lain melepaskan pegangan tanganku pada Ibuku dan memposisikan tangan Ibuku layaknya orang yang telah meninggal.
Kupegang kaki Ibuku dan aku mengatakan "kakinya masih hangat" sambil kupandangi wajah Mamaku tercinta, berharap beliau masih bernafas dan masih hidup. Sungguh kepergian Mamaku membuat hatiku perih, betapa perihnya hati ini, betapa sakitnya hati ini, rasa kehilangan yang tak akan pernah bisa digambarkan dengan kata-kata dan hanya Allah Yang MahaTahu. Ku ikhlas menerima takdir Mu Ya Allah, ku mohon kepada Mu agar di hari penghisaban Engkau Ridho kepada Mamaku tercinta atas berpulangnya beliau pada Mu. Masukkan Ibuku ke surga Mu bersama orang-orang yang Engkau kasihi.
Tiga Doa Yang Kuminta Pada Ibuku
Selama lima hari dirawat di rumah sakit, aku sempatkan meminta doa pada Ibuku, karena aku teringat pada pelajaran agama yang kuterima. Saat aku mendengarkan tausyiah para Ulama yang mengatakan bahwa jika kita menjenguk orang sakit mintalah doanya, sebab doa orang sakit dijabah oleh Allah SWT. Begitupun doa orang tua untuk anaknya, pasti dikabulkan Allah SWT. Itulah pelajaran yang kuterima sejak kecil dan kuyakini itu.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw: Tiga do’a yang diijabah, tidak ada keraguan padanya: Do’a orang yang dizhalim, do’a orang yang sedang bepergian, dan do’a orangtua terhadap anaknya. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)