Mohon tunggu...
Lusy Widya Nurul Azmi
Lusy Widya Nurul Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pendidikan, bahasa dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Berbasis Pancasila: Membangun Karakter dan Identitas Bangsa dalam Proses Pembelajaran

16 Desember 2024   18:12 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:29 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan di Indonesia memiliki akar yang kuat dalam nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai pedoman moral, tetapi juga sebagai kerangka kerja untuk membangun sistem pendidikan yang inklusif, berkeadilan, dan berorientasi pada karakter. Pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila memberikan arah dan tujuan bagi sistem pendidikan nasional. Dalam esai ini, saya akan menjelaskan secara lebih mendetail bagaimana pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila dapat diterapkan dalam pendidikan, serta merefleksikan pengalaman pribadi saya selama bersekolah dan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Saya juga akan membahas kontribusi mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia dalam merumuskan pemikiran ini.

Pancasila terdiri dari lima sila yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Setiap sila memiliki implikasi penting dalam konteks Pendidikan. Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini mengajarkan pentingnya spiritualitas dan moralitas dalam pendidikan. Pendidikan harus membangun kesadaran spiritual siswa, mengajarkan nilai-nilai agama dan etika yang dapat membimbing perilaku mereka. Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam konteks ini, pendidikan harus menghargai martabat setiap individu. Pembelajaran yang adil dan beradab mencakup pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia dan perlunya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

Ketiga, Persatuan Indonesia, pendidikan harus menanamkan rasa cinta tanah air dan kesadaran akan pentingnya persatuan di tengah keragaman budaya. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan kolaborasi antar siswa dari berbagai latar belakang dapat memperkuat rasa persatuan. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Pendidikan harus mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pengambilan keputusan. Ini dapat dilakukan melalui metode pembelajaran berbasis diskusi dan musyawarah. Dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, pendidikan harus berorientasi pada pencapaian keadilan sosial, memberikan akses pendidikan yang sama bagi semua lapisan masyarakat, serta mengajarkan siswa tentang tanggung jawab sosial mereka.

Selama masa sekolah, saya merasakan berbagai bentuk pembelajaran yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Di kelas Pendidikan Kewarganegaraan, kami sering melakukan diskusi tentang isu-isu sosial dan politik terkini. Diskusi ini tidak hanya memperkaya wawasan kami tetapi juga melatih kemampuan berpikir kritis dan menghargai pendapat orang lain. Salah satu pengalaman berkesan adalah ketika kami mengadakan acara "Hari Toleransi", di mana setiap siswa diminta untuk berbagi cerita tentang pengalaman mereka dengan perbedaan budaya dan agama. Kegiatan ini sangat efektif dalam menumbuhkan rasa saling menghormati dan memahami keragaman di sekitar kami. Pengalaman saya selama bersekolah sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Pancasila. Pengalaman lain yang saya alami saat berada dibangku sekolah dasar, saya sering diajarkan untuk saling menghormati satu sama lain, terlepas dari latar belakang yang berbeda. Contohnya saat kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang menekankan kerja sama dan kepemimpinan, kegiatan tersebut sejalan dengan sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan."

Pengalaman saya di PPG semakin memperkuat pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan. Salah satu tugas kami adalah merancang rencana pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai tersebut. Saya merancang sebuah proyek kelompok di mana siswa dari berbagai latar belakang budaya bekerja sama untuk menyelesaikan masalah sosial di lingkungan mereka. Misalnya, kami melakukan proyek tentang pengelolaan sampah di sekolah. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melakukan penelitian tentang cara-cara pengelolaan sampah yang baik, serta dampaknya terhadap lingkungan. Proyek ini tidak hanya melatih keterampilan kolaboratif tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial terhadap lingkungan sekitar.

Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia sangat membantu saya dalam memahami bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diintegrasikan ke dalam praktik pendidikan sehari-hari. Melalui diskusi tentang berbagai aliran pemikiran Pendidikan, seperti pragmatisme, konstruktivisme, dan humanisme, saya belajar bahwa pendidikan harus bersifat holistik. Konsep pendidikan holistik menekankan pengembangan seluruh aspek diri siswa fisik, emosional, sosial, dan spiritual yang sejalan dengan sila-sila Pancasila. Dalam konteks ini, saya merancang kegiatan belajar yang melibatkan seni dan budaya lokal untuk memperkenalkan siswa pada kekayaan budaya Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Selama mengikuti PPG, salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika kami melakukan observasi di SD Islam Plus Muhajirin dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek. Di sekolah tersebut, siswa diajak untuk melakukan penelitian sederhana tentang lingkungan sekitar mereka dengan tema "Menjaga Kebersihan dan Keindahan Lingkungan". Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi isu-isu seperti pencemaran sampah plastik dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat serta lingkungan, dan juga melakukan kegiatan penanaman tumbuhan. Mereka kemudian mempresentasikan hasil penelitian mereka kepada teman-teman sekelas. Kegiatan ini sangat relevan dengan sila ketiga Pancasila karena mendorong siswa untuk bekerja sama meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. Selain itu, kegiatan ini juga mencerminkan sila kelima dengan mengajarkan siswa tentang tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Mereka belajar bahwa tindakan kecil seperti memilah sampah dapat memberikan dampak besar bagi kebersihan lingkungan sekitar mereka.

Pembelajaran yang sesuai dengan Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia sangat penting untuk membentuk karakter generasi muda. Melalui pengalaman saya selama bersekolah dan mengikuti PPG, serta pemahaman yang diperoleh dari mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, saya semakin yakin bahwa pendidikan harus mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek pembelajaran. Dengan demikian, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan, kita tidak hanya membangun individu-individu yang cerdas tetapi juga warga negara yang bertanggung jawab dan peka terhadap isu-isu sosial serta lingkungan di sekitar mereka.

Daftar Rujukan:

  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2020). Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka.
  • Soedjatmoko. (1990). Pendidikan: Suatu Pengantar Filosofis.
  • Nurcholis Madjid. (1997). Islam dan Pembaharuan Pemikiran.
  • Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). (2006). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Biodata Penulis:

Nama : Lusy Widya Nurul Azmi

NIM : 24402400378

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

LPTK : Universitas Islam Sultan Agung 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun