Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rekam Jejak yang Dahulu, Predator Berbahaya dan Sebelum Hancur Lebur

21 November 2024   20:51 Diperbarui: 22 November 2024   05:42 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat puluh delapan menit sebelum tanggal tiga Agustus, menjadi awal sebelum hancur lebur, merusak rumah serta halaman-halaman, dan lima pohon di dalam halaman itu. Terlalu mudah luluh, hanya dengan kalimat "hancur kali aku inang". Kenapa harus menjadi pembunuh?

Pasti akan ada lagi rasa untuk merindukan! Pasti sulit tapi cobalah untuk menggugurkan perihal itu, itu adalah kebodohan yang dipelihara. Tak pernah ingin sendiri, namun bersama pun banyak yang dikorbankan. Banyak yang akan mati.

Sudahi ketimpanganmu. Begitu sulitkah melepaskan, yang dari awalnya tidak pernah menjadi milik! Ini permainan hidup. Ini perpisahan yang tak perlu lagi dikenang, tak perlu lagi dirayakan. Untuk apa menjadi sedih pada kesedihan yang seharusnya sudah lama terhenti. 

Berhenti jadi manusia berhati iblis.

Bagian 3:

Seperti pohon kering yang rantingnya patah dan dedaunan yang akan terbang jatuh sbab berguguran. Sering merasakan itu. Hari ini menahan sakit tapi harus ikhlas.

Agustus pagi ini, Agustus sebelum dirayakan ke lima puluh sembilan. Tidak boleh egois, tidak boleh menjadi pohon yang rantingnya patah demi seseorang. Terima kasih sebelumnya seseorang itu berkata. Seseorang yang sebenarnya adalah rumah dan memang rumah. Melihat tertawa-tawa bahagia dan tersenyum itu juga merupakan kebahagiaan. 

Sebelum ini, pernah hancur lebur karena seseorang itu. Namun tidak sanggup untuk menjadi sunyi. Hati ini menolak untuk menjadi gagu, karena terlalu berharga untuk dijadikan sunyi.

Agustus, adalah hari di mana rela kehilangan demi menyambut senyuman dan tenang teduh seseorang. Tidak terhitung sebenarnya banyak umpatan yang terucap, banyak luka yang ditimbulkan. Lagi-lagi sadar, untuk seseorang itu tidak boleh terlalu kaku, harus selalu ada maaf. 

Tetap manis walau gersang, bagaimana rasanya? Tidak untuk dibagikan kepada khalayak umum. Terkadang jadi gerimis terkadang pula jadi badai. Tetap ada kasih yang tidak boleh diingkari apalagi berkhianat, dan sampai kapanpun tidak pernah akan tuli, bisu atau buta terhadap semesta seseorang itu. Karena dahulu, hari ini dan esok seseorang itu tetap menjadi seseorang yang memiliki nilai tak terbatas. 

Bagian 4:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun