Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu dan Ketidakpastian, Diam-diam Merindukan Kamu

7 Agustus 2024   09:47 Diperbarui: 7 Agustus 2024   13:16 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku merindukan kamu di saat tidak selayaknya memikirkan itu, pernah melayang-layang tapi menjadi hancur dan terhempas, kamu itu seperti siklus yang belum selesai terhadap nalar dan hatiku tapi kamu siklus yang harus berhenti di hidupku agar aku kembali menjalani semestaku dengan baik.

Aku yang terlalu sulit untuk mengerti, seharusnya sudah cukup untuk ini. Seperti rindu dan ketidakpastian, sekejam itu perasaan ini. Mengeluarkan rasa gelisah.

Sial, tadinya berharap semestaku tanpa kamu, akan baik-baik saja, tapi dasar aku bodoh. Karena masih saja gagal untuk benar-benar selesai terhadap kamu. Jadi aku masih sering memilih gaduh dan tengkar terhadap hati dan kepalaku dan sulit untuk bersikap bodo amat. Dengan rela memilih diam-diam merindukan kamu.

Dulu aku menyukai perhatianmu, tidak tidak bukan hanya dulu tapi sampai saat ini ketika tulisan ini ada aku masih menyukai perhatianmu. Kamu masih menjadi seseorang yang melemahkan hatiku, melukaiku tapi dengan nakalnya malah membiarkan itu terjadi terus-menerus. Aku ingin berhenti terhadap kamu. Tidak ingin mengingatmu. Tapi hatiku tidak tahu cara untuk berhenti. Bertahun-tahun aku menelan marah, mematahkan harapan, entah kan berujung di mana. Biarlah seperti itu.

Biarlah ini menjadi cerita yang tersembunyi. Perjalanan yang panjang seperti lagu kehidupan. Ada sedih dan bahagia. Juga ada luka, dasar hati. Ah, sialan! membiarkan cinta tumbuh tanpa batas dan aturan. Hahah. Aku tahu dan sadar bahwa sejujur dan sebenar-benarnya tidak akan ada cinta yang benar-benar cinta antara aku dan kamu. Dan sialnya, akan ada saja tawa jika gaung ingatan perihal kita yang dahulu mengganggu isi kepalaku.

Perbincangan malam ini menitipkan pertanyaan di kepalaku, apa artinya ini? Aku termangu-mangu melihat luka yang akhirnya kembali mengganggu kepala dan diingatkan oleh waktu. Toh, aku sering terlupakan tapi untuk melupakan hatiku sulit. Banyak drama, barangkali juga dendam. Terlalu banyak tipu daya, menjadi korban, tersangka dan juga terdakwa atas peristiwa liar yang dibiarkan terjadi. Parah, membiarkan ini terjadi terus-menerus.

Karena desah nafasmu, masih berhasil mengusik kepalaku. Boom, daya tarik apa yang ada padamu hingga masih membuatku seperti ini? Terlalu gagu dan gamang, sudah sangat lama ingin melarikan diri dari bayang-bayang tentang kamu tapi malah terjebak di hutan kenangan. Asu bukan, sialan memang.

Lantas, siapa yang akan disalahkan jika aku mabuk oleh masa lalu? Kamu atau aku? Entah. Karena aku tak pernah ingin berakhir sebagai daun jatuh, walau faktanya aku masih saja jatuh.

Aku yang tak pernah cukup. Mengilai hal-hal bodoh yang berisik. Lebih dari sekali aku diam-diam merindukan kamu padahal tidak ada cinta yang benar-benar cinta perihal kita. Bukankah aku harusnya tidak meng-ia-kan segala keliaran demi keliaran yang membuatku harus basah oleh hujan, aku harus mengusahakan agar baik-baik saja tidak malah menumbuhkan onak, hingga aku akan terbata-bata dan menjalani hidup yang tidak mudah lebih lama lagi. Aku pernah buas pada kepuasan. Pernah bukan berarti tidak bisa berhenti, semoga semesta mendukungku. 

Kenapa harus rindu, jelas-jelas tidak ada kepastian, biarkan saja. Jiwaku tak lagi boleh meradang, aku harus berhenti dari khilafku.

***

Rantauprapat, 30 Juli 2024

Lusy Mariana Pasaribu 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun