Bagaimana rasanya rumah tanpa jendela? Pengap pengap dan pengap.
Lantas, untuk apa menjadikan rumah tanpa jendela? Tidak ada sesuatu yang baik di situ. Seperti hendak menerobos kegelapan, untuk apa memporak-porandakan isi kepala dengan segala kecemasan terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi.Â
Siapa yang bertelinga hendaklah mendengar, jika pun tetap tidak mendengar berarti menulikan telinganya.Â
Segala kemarahan, kedongkolan, kebencian, was-was, kekhawatiran yang berlebih seringkali dipertahankan di hati juga pikiran, padahal itu semua tidak menambah sehasta apapun pada hidup. Iya, seperti rumah tanpa jendela. Tidak ada cinta tidak ada kebahagiaan tidak ada damai sejahtera apalagi tenang teduh. Dan sering kali memilih itu. Dan hari ini masih gagal terhadap hal itu.Â
Terbunuh atau membiarkan diri terbunuh dengan segala hantu-hantu yang ada di pikiran, hantu-hantu kekhawatiran yang berkeliaran dan tumbuh di dalam kepala. Di atas ranjang pagi ini, ketika pasang surut kehidupan, harus terus belajar dewasa, mematahkan kemalangan dan sepi yang diciptakan sendiri agar tidak menjadi rumah tanpa jendela.
Setelah pagi ini, pasti akan ada lagi drama yang terjadi. Pening dan pusing. Dan akan banyak kisah-kisah rumah tanpa jendela yang hilir mudik di dalam kepala, wajar jika cemas tapi kembali kepada pilihan apa yang harus diambil,Â
Memilih menjadikan rumah tanpa jendela atau sebaliknya!
***
Rantauprapat, 22 Juli 2024