Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Hujan

20 Juli 2024   21:47 Diperbarui: 20 Juli 2024   22:11 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenyamanan yang masih dirindukan. Hidupnya terlalu sangat lucu, karena terlalu lucu untuk menawarkan tawa saja sulit. Du du du du, terlalu bercanda bukan. Terlalu usil, yang sangat-sangat usil. 

Ia seperti perempuan hujan, dingin. Kesejahteraan dan tenang teduh seperti usaha menjaring angin. Ingin digapai tapi tak kunjung dapat. 

Kebisingan yang membatu, takkan pernah usai. Kepedulian yang mati, ia perempuan bodoh. Untuk apa menjadikan diri perempuan hujan, haruskah ia membatu untuk segala hal yang terjadi? 

Berulang kali berharap, berulang kali patah. 

Tanpa ujung. Tanpa jeda. Kekonyolan dua kepala merusak isi otak perempuan itu. Pada suatu malam, perempuan itu terlalu hambar dan ramai dengan pertanyaan demi pertanyaan yang menguasai kepala. 

La la la, perempuan itu ingin tertawa tapi apa daya. Ia terlalu kaku, tertuju pada hal-hal yang toxic. Pemikiran yang harus ENYAH! BODOH. 

Mestinya perempuan hujan itu, tidak merelakan tubuh dan pikiran mementahkan harapan untuk bahagia. Walau jalan terjal yang akan dilalui, perempuan hujan tidak boleh dan tidak harus ada pada kerumunan hujan. 

Pada suatu malam yang lain, perempuan hujan barangkali akan amnesia pada kisah-kisah duka yang pasti akan terjadi lagi. 

Dududududu, perempuan hujan itu akan kembali bisa tertawa dengan hujan yang menciptakan kenangan dengan segala huru-haranya. Biarkan saja! Karena tanpa adanya hujan, hidup tidak akan lengkap. Bukankah begitu!

***

Rantauprapat, 20 Juli 2024

Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun