Duka dan keluh kesah selalu ada, dia mencoba untuk bersikap bodo amat. Ada saja yang akan meremukan dan menikam, bahkan terus menerus menghina, karena begitulah hidup.
Kepada manusia yang dibuang seperti rumput, kau memang memiliki hak untuk bicara semaumu dan menjatuhkan tanpa tahu latar belakang yang pasti, dan yang menjadi kewajiban dirinya adalah menentramkan hati dan tidak menanam kekhawatiran atas apa yang dituduhkan.
Selamat jalan kebencian kepada manusia yang dibuang seperti rumput, untukmu dia akan bersikap selayaknya. Tidak pula menghakimimu, karena kalau dia menghakimi, dia pun akan dihakimi. The power of awareness, lebih baik itu yang dipelihara.Â
Kepada manusia yang dibuang seperti rumput, jujur dirinya terluka atas apa yang kau ucapkan, karena itu membuat luka pada gandum yang ada di hatinya. Ada air mata yang tumpah karena ucapmu. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutmu malam ini, menjadi jejak kesedihan yang terukir.
Inilah ketidakadilan dalam hidup. Keusilan hidup. Ada kesedihan diam-diam yang harus diterima, kepada manusia yang dibuang seperti rumput, bagaimanapun dia ucapkan terima kasih, karenamu dia belajar untuk tidak membiarkan gelap dan kosong menguasai dirinya.Â
Dia tidak ingin mati dan tidak bahagia hanya karena khawatir yang berlebih atas apa yang kau sangkakan dengan bebas tanpa tahu batas. Kepada manusia yang dibuang seperti rumput, disisa hidup yang tersisa, dia akan memiliki cinta dan kasih sayang dengan segala keterbatasan yang ada.Â
Malam ini dia memang tidak membencimu tapi dia juga terluka dan kecewa atas apa yang kau ucapkan, karena banyak hujan yang telah turun membasahi wajah-wajah gandum yang ada di hatinya.
Kepada manusia yang dibuang seperti rumput, semoga kau merasakan apa yang dia rasakan, damn! Semoga kau berjiwa. Karena apa yang kau anggap benar belum tentu itu menjadi kebenaran yang seutuhnya.
***
16 Oktober 2023 //Lusy Mariana Pasaribu