Bersamamu banyak tantangan, yang sering kali banyak komunikasi yang gagal. Kekerasan dan kekerasan berulang kali terjadi, dan sungguh sadar itu tiada berguna.
Kasih sayang tak lekang oleh waktu, ingin menghidupi itu terhadap kamu.
Bicara tentang kamu, bicara tentang cinta namun juga bicara tentang kekerasan. Sulit merdeka terhadap kamu. Karena kamu adalah harapan.
Kamu itu spesial pun berharga, tapi banyak kecemasan yang timbul karena apa yang diperbuat olehmu. Namun sadar, kecemasan ini harus diruntuhkan.Â
Paham terhadap kamu tak boleh padam, tak boleh kerontang, asa untukmu akan tetap ada.
Pekerjaan rumahku adalah kamu, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Karena kamu adalah gandum yang ada di hatiku, ini adalah sebuah catatan perjalanan tentang aku, tentang kamu, tentang kita.
Kamu adalah salah satu nikmat hidup yang Tuhan percayakan. Aku tak boleh kehabisan kesadaran untuk kamu. Aku tidak boleh menjadi malam yang buta terhadap kenakalan yang terkadang masih kamu lakukan, aku yang masih terlalu dangkal terhadapmu.
Aku kamu seharusnya saling mendekat ke arah yang benar bukan malah memadamkan dan mementingkan ekspektasi yang tidak seharusnya. Butuh berapa lama pun untuk menyelesaikan pekerjaan rumah terhadap kamu, aku akan berusaha menyelesaikannya dengan benar.
Kamu adalah cara untukku belajar menguasai diri, agar aku tak bersama kebodohan.
***
Rantauprapat, 06 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H