Ini kisah kamu, perempuan yang dijadikan bidadari tanpa sayap.
Tadinya kamu dijadikan bidadari tanpa sayap, memberikan ruang yang layak huni, penuh tawa dan tenang teduh. Pernah lama terharu akan kebaikan hati itu. Kini, bidadari tanpa sayap seperti kamu benar-benar berlayar pada kata entah. Mengecewakan.
Ternyata seperti ini yang menjadi realita. Ya, kamu adalah lingkaran kelam bidadari tanpa sayap. Memberi ekspektasi namun kini hadir dalam berbagai-bagai huruf-huruf mati hingga menghancurkan. Tak ada lagi kata-kata positif nan berenergi yang hadir.
Kamu bidadari tanpa sayap seperti kacang yang lupa pada kulitnya, kini kamu lebih dominan untuk menjadi penghancur, pembunuhan karakter. Mengerikan. Tak ada lagi kontribusi baik yang dapat terbangun. Buat jiwa tak sehat dan tak tenang. Boom, kamu ledakan besar yang membawa luka. Sikap dan ucap yang bodo amat membuktikan bahwa kamu itu kehilangan yang tidak seharusnya disesali.
Sejak lingkaran kelam kamu sebagai bidadari tanpa sayap terbuka, lebih baik membisu dari pada bertengkar apa lagi lesap dari menjaga kesehatan perasaan. Harus berkompromi pada realita dan menerima kegagalan yang telah menjadikan kamu seorang bidadari tanpa sayap.
Terhadap hal-hal yang didengar dan dirasa dari kamu, belajar juga tak menjadi pembenci, walau demikian menyulitkan bukan berarti tidak bisa. Tak mau membasahi diri dalam budak nafsu amarah. Masih ada harapan baik yang harus dipelihara dan tidak boleh tersesat bersama lingkaran kelam bidadari tanpa sayap yang pernah dibiarkan menguasai hati dan pikiran.
***
Rantauprapat, 13-17 Oktober 2022
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H