Wahai hati, kesadaran tidak boleh hilang. Seharusnya begitu. Saat hati sedang berbunga-bunga, yang sungguh terjadi tidak lagi berteduh pada koridor yang tepat. Terjadi penurunan kualitas, berkompromi pada banyak hal. Merasa merdeka untuk mencintai. Tidak, tidak, tidak sama sekali.
Begitulah hati, sulit untuk menerjemahkan rasa yang hadir. Sulit untuk memerdekakan hati sendiri. Sebentar stabil sebentar kemudian labil. Cemburu pada sesuatu yang tidak berhak untuk dicemburui. Mencumbui sesuatu yang sama sekali tidak memiliki akses untuk itu. Â Memperlihatkan apa lagi menyerahkan sesuatu yang harusnya masih tersembunyi.
Ketika hati merasa merdeka untuk mencintai, ini menjadi background hidup tidak bahagia. Dipenuhi kesukaran. Mengoyak pagi dan malam dengan kemalangan dan rasa bersalah. Sense of humor terlanjur tinggi. Untuk apa, berada dalam kerumunan hujan luka atas nama cinta.
Perihal mencintai, hati tidak seharusnya merdeka mencintai. Syair-syair romantisme pun, ada batasan yang semestinya di pegang teguh, tidak menghidupi cinta yang bukan bagian diri. Apa lagi menari indah pada kenyamanan semu. Pintu hati selayaknya terkunci untuk cinta yang sedari awal sudah salah. Agar hati tak mati dan tenggelam dalam lautan luka. Akhirnya, semua alasan tentang cinta, memiliki batasan.
Jadi bagiku, jangan dengan sengaja merasa merdeka untuk mencintai. Jangan dan jangan. Demikian saja!
***
Rantauprapat, 23 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu