Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta dan Luka

17 Februari 2022   22:10 Diperbarui: 17 Februari 2022   22:22 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah cinta. Ada yang memberi bahagia,  ada yang memberi luka.

Sudah tahu dia bukan rumah, tetap saja anda bermain dengan kemalangan. Dia bukan hasrat yang menjadi milik anda, kenapa anda membiarkan diri menjadi korban pun pelaku kedzolimen. Menyedihkan lagi penuh drama. Tak dapat mengukur diri.

Cinta dan luka, ada dalam lingkaran anda. Sepertinya lebih cenderung pada luka. Dia dan anda tak akan pernah merdeka. Ujung dari dia dan anda adalah TAK. Ada jurang yang tidak terseberangi di antara dia dan anda.

Ada apa dengan tubuh anda?
Dia menarik jatuh dan anda kompromi akan itu, bukan hanya satu kali, sudah tiga belas kali per hari ketujuh belas pada bulan kedua ini. Kembali anda jatuh dan tidak berhasil menghambarkan diri pada jerat yang memikat. Celaka! Atas nama cinta, anda mencipta badai. Menuai pahit pedih, buat bumi gelap pada hari anda, seperti bola mati.

Ketahanan diri anda ambruk. Akhirnya, anda adalah puing yang dicumbui angin liar dan anda telah memilih disetubuhi angin liar itu. Romantisme angin itu buat anda ada dalam keheningan. Anda mengizinkan dia membuat anda basah oleh hujan. Mengampangkan kebodohan hati yang tidak hati-hati.

Ada sebuah kisah tentang kekalahan dan sketsa ketidakpantasan yang anda kotak-kotakan. Anda hanya bintik dalam semesta yang luas, merasa angkuh dengan lagi-lagi menjadi pendosa yang payah.

Cinta dan luka, anda memiliki keputusan akan itu! Memproses dengan benar atau membiarkan jadi tamu yang menawarkan rekam jejak yang payah.

***
Rantauprapat, 17 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun