Anda berharap, perempuan itu mampu menjadi perempuan dewasa yang bertumbuh, ia harusnya tahu bahwa hidup itu tak henti tuk belajar dan menerima pun menjalani kenyataan. Bahwa hidup penuh dengan kejutan yang berakhir pada kata tidak juga penolakan, penuh ketidakadilan.
Perempuan itu harus mampu ikhlas dalam teka-teki zaman yang dilalui. Tidak harus berpangku pada kelemahan apa lagi ketidakpenerimaan. Bukankah hidup tidak pernah berkompromi dengan keadaan, hidup tetap melaju apa pun keadaan yang terjadi. Karena itu, perempuan itu harus menjadi seseorang yang tabah, pun memiliki pegangan hidup yang bijak dalam hidup.
Perempuan itu tahu, anda tidak ingin ia selalu patah, menjadi perempuan yang menyedihkan. Anda percaya, perempuan itu mampu menjadi perempuan dewasa yang benar-benar dewasa. Memiliki hari-hari yang penuh cinta, tanpa formalitas, tanpa bualan belaka.
Benar, ada masa-masa di mana perempuan itu lemah, terpuruk, terluka. Membuat ia menangis. Itu wajar, manusiawi. Walau demikian, anda mau ia tetap semangat dan mampu menghapus air mata dengan kesadaran juga mampu menggunakan akal pun mendengar suara hati sesuai porsinya. Bagaimana perempuan itu bersikap, bisa menjadi cerminan diri. Berujung duka atau bahagia, perempuan itu bisa menentukan pilihan.
Ia tidak boleh berhenti, lelah, lesu dalam ketidakberdayaan, apa lagi sampai tidak menikmati hidup. Karena banyak seni dan cara-cara dalam menikmati hidup dan menghidupi pegangan hidup.
***
Rantauprapat, 05 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H