Sumatera Utara, Rantauprapat hari ini.
Untuk perempuan itu, bahagia dan kecewa secukupnya saja.
Perempuan itu secara pribadi bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam hidupnya, tidak peduli seperti apa dan bagaimana itu terjadi. Bahkan atas hal-hal yang bukan kesalahan pun kehendak dirinya. Inilah fakta kehidupan. Ia harusnya bisa menafsirkan dan merespons dengan memilih nilai-nilai yang dianggap tepat.
Pada dasarnya, perempuan itu adalah makhluk yang dipenuhi kemungkinan dan ketidakuratan yang liar.
Persetan dengan keterbatasan. Semua orang memiliki keterbatasan masing-masing. Kerelaan untuk menjadi berbeda dan kerelaan untuk menerima, walau sulit tapi hal demikian harus bertumbuh di dunia perempuan itu. Bagaimana pun, nyata hidup tidak akan pernah bisa dirayu untuk memberi penerimaan.
Ia harus berhenti takut gagal. Merumitkan diri pada semua hal. Berusaha atau jangan berusaha. Terlebih tentang harapan yang disemogakan perempuan itu, sungguh ingin menjadi nyata, namun jika pada waktunya harapan itu ternyata menjauh dari jangkauan, well, itulah keadaan yang sebenarnya. Lantas, mengapa membuat hidup menjadi lebih tidak hidup.
The power of no. Sepatutnya, ia berani bertanggung jawab dan tidak suam-suam kuku. Hu, akankah ada hujan berkat hari ini untuk perempuan itu? atas harapan yang disemogakan. Akankah ada cinta hari ini? Semoga. Walau demikian, entah kalah atau tidak, biarlah ia tidak memenjara gelisah kemudian mati dalam hening. Apalagi sengaja berkelahi pada diri sendiri demi menutupi lautan air mata.
Karena hidup akan tetap dijalani bukan. Perempuan itu harus berserah. Ia mampu hidup dan memiliki hidup yang sangat hidup jika bisa bersikap bodo amat terhadap hal-hal yang menjatuhkan. Jadi, Â perempuan itu tetap berharap ada keajaiban, ada hujan berkat hari ini.
Begitulah perempuan itu.
Begitulah buku cerita perempuan itu.
Dan anda tahu, siapa perempuan itu?
Ya, dengan jujur dan berterus terang perempuan itu adalah saya.
Perempuan dewasa yang payah. Yang mau terus belajar bertumbuh dan benar-benar menjadi dewasa. Hal ini pun tentu dengan pertolongan Tuhan yang tidak terbatas. Bersama Sang Pemilik Semesta, perempuan itu akan memiliki akses untuk tiket VVIP yang harganya sangat mahal dalam menjalani kapal kehidupan yang penuh hiruk pikuk.