Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buku Cerita Perempuan Itu

23 Oktober 2021   22:07 Diperbarui: 23 Oktober 2021   22:51 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maret dua tahun lalu, tepatnya Maret di hari ke enam belas pada tahun dua ribu sembilan belas, perempuan itu dihadiahi buku yang berjudul : Sebuah seni untuk bersikap bodo amat. Dan itu benar dilakukan, selama dua tahun ini buku itu tidak pernah dibaca. Perempuan itu bodo amat terhadap buku itu. Dasar bodoh, menyia-nyiakan buku yang isinya sangat berdampak. Akhirnya itu tersimpulkan setelah membaca buku itu pada bulan Oktober di hari ke dua puluh dua.

Sering bahkan teramat sering, perempuan itu menjadi lebih bahagia. Menjadi lebih sehat. Menjadi lebih wow. Ironisnya, itu hanya demi menutupi kekurangan. Itu kegagalan. Sebenarnya tidak mampu untuk itu. Karena jika sedang tidak bahagia, sedang tidak baik-baik saja. Jangan memaksakan diri. Begitu saja seharusnya. Yang menjadi realita, perempuan itu tidak merdeka melakukan hal itu.

Buku cerita perempuan itu dipenuhi ketakutan, kecemasan yang menimpa ia menjadi lebih cemas dan takut. Setelah membaca buku hadiah itu, buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat. Ia menertawakan diri sendiri. Berpikir dan bertanya, mengapa ia tidak mendatangkan sikap bodo amat terhadap sisi hidup yang telah dilalui. Tentunya tidak di setiap aspek.

Perempuan itu tahu, ia berbeda, ia terbatas. Karena inilah fakta tentang buku cerita perempuan itu. Ia harus belajar buat bersikap bodo amat terhadap hal-hal yang menjatuhkan, yang menimbulkan ketakutan, kekhawatiran yang mungkin akan terjadi. Perempuan itu harus bertumbuh dan belajar memiliki sikap, kerelaan untuk menjadi berbeda. Dan itu tidak apa-apa, karena tidak ada yang sempurna. Dan, kenapa harus membiarkan kekhawatiran dan kemungkinan-kemungkinan yang belum tentu terjadi membunuh kesehatan perasaan pun pikiran?

Perempuan itu harus mencintai diri sendiri dengan sederhana. Menghidupi bahagia dan jangan berusaha untuk merumitkan diri dengan kekhawatiran yang berlebih.

Hari ini,  Oktober pada hari yang kedua puluh tiga, perempuan itu mengalami masa sukar namun mengalami pula pencerahan dan ia harus tetap kuat. Pilihan yang harusnya dilakukan, mengandalkan dan berserah penuh pada Sang Pemilik Kehidupan. Tidak terlalu gusar. Mengenai sesuatu yang perempuan itu namakan harapan, ia harus percaya, jika itu bagian hidupnya, itu akan menjadi nyata. Dan, sudah berusaha untuk itu.

Benar, dalam buku cerita perempuan itu, ia harus harus benar-benar merdeka terhadap diri sendiri dahulu. Kemudian, tidak selalu berinisiatif terhadap semua hal, namun untuk setiap hal yang penting dalam hidup.

***
Rantauprapat, 23 Oktober 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun