Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita adalah Ketidakpastian

12 Agustus 2021   00:00 Diperbarui: 12 Agustus 2021   00:10 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter/@kulturtava


Kebodohan kala itu.

Pada harapanku,  aku pernah menginginkan sebuah rumah denganmu. Rumah yang memberi penerimaannya kamu terhadap ketakutan pun keterbatasanku. Begitu ingin, hingga lupa bahwa kamu bak kilatan LONGGUR yang bernama bahaya.

Andai, aku bisa terus berandai-andai untuk menjadi selalumu. Aku juga tahu, itu andai yang tak pernah mungkin terjadi. Karena hidup terus memberikan realita. Realitanya adalah kita adalah KETIDAKPASTIAN dari KETIDAKMUNGKINAN. Tidak bisa aku terus menjadi PEMBOHONG untuk diriku sendiri karena merawat cinta padamu.

Mau tak mau, harus melepaskan. Walau sulit dilakukan. Ingin menuju matamu. Menjadi semogamu. Tak berdaya, karena aku yang akan jauh lebih terluka. Banyak yang akan tersakiti jika melakukan itu. 

Aku pernah menemukan titik kenyamanan saat ada di dekatmu. Larik dari sepasang matamu adalah hal yang bernama cinta yang pernah tumbuh di hatiku. Cinta yang keliru menuju jalannya. Hingga tak akan pernah bisa dihahalkan.  Bukan tak bisa, tapi terlampau sulit.

Kala itu, kisah sepi dan kacau seketika bisa terlepas. Denganmu, aku pernah rela kalah-mengalah dan terperangkap pada rima yang penuh sajak romantisme. Walau tak selamanya, penuh dengan dialog dan percakapan yang berenergi.

Sering aku bersedih setelah membaca dan mengingat harapan yang terbangun terhadapmu. Karena sampai saat ini, kamu masih sibuk di kepalaku. Aku pernah menginginkan sebuah rumah denganmu. Pernah bukan berarti masih menginginkan hal itu. Karena aku tahu pasti, kamu adalah cinta yang berujung salah pada awal pun akhirnya.

Walau sebenarnya perkara kepemilikan hati, itu sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Itu saja. Namun, siapa yang menguasai hati itu bisa dipilih.

***
Rantauprapat, 20 Juli sd 11 Agustus 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun