Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengunjungi Ingatanku

26 Juli 2021   22:01 Diperbarui: 26 Juli 2021   22:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi, lagi, dan lagi,  aku harus kalah dengan kemalangan. Hatiku basah sebab duka masa lalu kembali mengunjungi ingatanku. Namun kali ini, bukan hanya sekedar mengunjungi ingatanku malah lebih parah. Duka masa lalu kembali kurasakan. Aku kembali meniduri sepi, menyenangi kebencian. Mata telanjangku mengeluarkan air mata karena menangis pilu.

Aku tidak baik-baik saja saat ini. Terpuruk. Tidak ada damai sejahtera. Tidak ada ketenteraman hati. Kacau dan penuh kepalsuan. Tidak ada cinta yang kutemukan. Semua omong kosong. Benar-benar menyusahkan. Terlalu banyak cerita, terlalu banyak omong kosong. Penuh intrik. Penuh dusta. Terlebih malam ini, aku mengalami iklim yang buruk.

Ketika sejarah  yang dahulu kembali terulang, ini bukti  bahwa cinta telah berujung salah. Aku merasa berduka, kehilangan arah. Kehilangan pada hal-hal yang mungkin tidak pernah kumiliki sebelumnya. Aku tak bisa membaca diriku dengan sungguh. Aku tak bisa mendefinisikan perasaanku dengan benar.

Malam ini, entah aku bisa memejamkan mataku. Terlalu marah, keadaan ini seolah menertawakan diriku. Entah sampai berapa lama, duka ini akan bertamu! Aku ingin memberontak tapi aku tak berdaya. Aku diliputi keterbatasan. Saat ini bukan hanya penerimaan yang tak kudapat, segala penerimaann pun sulit kuberikan bahkan terhadap kemalangan yang menggoda hatiku.

Tak ada cinta.
Tak ada senyuman.
Terserang sindrom keegoisan.
Aku perempuan dewasa yang payah.
Aku malah merayakan patah hati, karena kisah dan cerita dari sejarah yang dahulu mengusik pun mengunjungi ingatanku. Aku hidup tapi sebenarnya sudah mati. Mati dari linimasa kebahagiaan yang benar.

Ah, aku ingin terpejam. Barangkali, esok terbangun dengan kesadaran hati. Barangkali saja. Mungkin, hatiku yang basah oleh genangan air mata sudah mengering.

***
Rantauprapat, 26 Juli 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun