Kenapa harus aku, harus aku yang berbeda. Disabilitas ini sungguh menyulitkanku. Entah sudah berapa lama sebenarnya tersisih dan terasing. Menyimpan luka. Ada rekam jejak yang payah di dalam hati.
Tawa dan penerimaan seperti omong kosong. Apakah tak pernah benar-benar menerima keterbatasan. Terasa begitu sunyi, penuh duka luka. Bersama air mata. Menangis dalam diam.
Tanpa diinginkan, realita mampu membuat jarak pada hati. Karena ada rekam jejak yang payah pun merumitkan diri. Adakah benar-benar mampu mengapresiasi diri, menerima keberdaan diri seutuhnya.
Aku lelah. Ingin berjenti. Berhenti bertahan dalam harap.
***
Rantauprapat, 22 Maret 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H