Ahh, perempuan oh perempuan. Kenapa kebenaran lepas dari ingatanmu. Pada hari terakhir minggu itu, hari terakhir di bulan pertama. Kau merasakan ratapan yang seharusnya tidak kau rasakan.
Sebab noda gelisah dan gentar menimpamu. Padahal, kau sudah memelihara diri dari kesukaran. Saat dosa itu merayu lagi, hatimu terjual dengan murah. Kau lupa pada batasan, kepandiran yang paling menguasai jiwamu.
Padahal kau tahu, kalau kau itu sampah yang sudah di daur ulang. Lupa pada hakikat keberadaan. Ah, batasan yang benar lepas dari ingatan. Perempuan oh perempuan, kenapa engkau mudah jatuh pada kesia-siaan.
Oh perempuan, untuk apa kau layu oleh angin timur. Kau menjadi tidak bertumbuh dengan riap. Tak ada gunanya, tenang teduh lepas dari ingatan. Apa lagi basah oleh hujan.
Sepatutnya, kau mengheningkan cipta pada dosa yang merayu. Menghambarkan diri pada keinginan-keinginan semu. Berhentilah mencari tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mengusik perasaanmu.
Mengapa kau sandarkan dirimu pada ketidakberdayaan. Ahh perempuan, jangan lagi-lagi bermain dengan kemalangan. Seharusnya, jalan yang benar tidak lepas dari ingatanmu. Dan kau bisa melanjutkan perjalanan hidup yang masih dianugerahi padamu dengan perasaan damai sejahtera.
***
Rantauprapat, 31 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H