Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendung di Akhir Januari

31 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 31 Januari 2021   00:02 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Padahal malam ini, aku ingin menghidupi bahagia. Tapi ingin itu menjadi ingin yang hanya sekedar ingin. Karena hujan deras telah jatuh di akhir Januari. Malangnya, hujan itu jatuh bukan dari langit malam. Dan masih terlalu panjang tahun ini, masih ada empat puluh delapan minggu lagi. Mau tak mau, pada segala yang terjadi sekalipun itu lara, aku harus mau untuk berjabat tangan. Pasti ada tenang teduh yang akan bersimpangan dengan hidup.

Hujan deras yang jatuh bukan dari langit malam. Hujan deras yang menjadi mendung di mataku. Mendung di akhir Januari.
Seperti badai dan menyebabkan malam menjadi malang.
Segala kebahagiaan yang mengisi waktu di pagi hari hingga sore seketika tak berarti.

Tak ingin sebenarnya, lara dan kemalangan menduduki sebagian hati dan pikiran. Yang ada, lara menjadi milik malam ini. Haruskah kalah-mengalah, menjadi pertanyaan demi pertanyaan mengepung diri. Bahkan ingin menjadi pemberontak, barangkali. Tidak, sepertinya lebih memilih menjadi pecundang. Diam-diam dan mahir berpura-pura, bak jerami yang diterbangkan badai.

Hujan deras di akhir Januari.
Biarlah hanya memberi jeda untuk bahagia. Sebab, tak ingin kemalangan akan enggan untuk beranjak pergi.
Harus berjalan maju, tak ada nilai estetik dari diri yang tidak berjalan maju. Apa lagi dari diri yang tanpa kepala. Mungkin hujan deras sedang bercanda, tak perlu terlalu patah hati.

Tak ada yang salah pada hujan deras di akhir Januari, sekalipun tidak turun dari langit. Percayalah.

Mungkin lara dan kemalangan yang dirasakan malam ini, sebenarnya tidak begitu.

***
Rantauprapat, Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun