Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengapa Hatimu Panas dan Mukamu Muram?

13 Januari 2021   00:00 Diperbarui: 13 Januari 2021   00:23 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via twitter/@kulturtava


Hatimu sangat sedih, sampai kamu ingin mati. Entah apa yang di benakmu, saat kamu menginginkan hal itu. Menangis dengan sedihnya. Padahal tak semua hal adalah tentang kesedihan, bahkan hatimu diciptakan Tuhan bukan untuk patah berkali-kali.

Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah hatimu sedang marah pada hidup?
Atau, hatimu sedang terluka pada hasratmu yang tidak tergapai.

Ketika hari mulai gelap, saat kamu jatuh pada ratapan, kamu mengambil keputusan yang salah. Menjadikan malammu kaku dan malang. Tak seharusnya kamu begitu, menyia-nyiakan hidup yang bukan kamu pemiliknya.

Mengapa kamu tak perduli pada dirimu? Hatimu panas dan mukamu muram.
Kamu terlalu asik dengan patah hati dan kekhawatiran.

Jangan bodohi dan racuni dirimu, dengan hasrat yang kamu tahu bukan milikmu. Kamu harus belajar menghambarkan diri terhadap hal-hal yang bukan bagianmu. Tentang kekhawatiran, itu wajar saja. Tapi, apa gunanya mendudukkan itu pada hatimu. Jika karena itu hatimu panas. Enyahkan itu dari dirimu, berusahalah untuk itu. Seperti burung yang terbang landai, tidak menabur namun bisa menuai. Itu karena pemeliharaan Tuhan. Apa lagi kamu, makhluk istimewa yang Tuhan ciptakan, tidak dipelihara oleh-Nya.

Siapa yang tahu hari esok?
Tak ada satu pun manusia yang tahu. Hidup memang begitu bukan, tak selalu menyediakan kebahagiaan. Dan tidak setiap hal menjadi bagianmu. Kamu perlu belajar untuk berdamai dengan segala yang terjadi. Memang tidak mudah.

Sebenarnya kamu tak perlu terlalu khawatir, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Lantas, mengapa hatimu panas dan mukamu muram? pada sesuatu yang sebenarnya membuat kamu tidak bertumbuh dengan riap. Sebentar lagi dini hari dan berganti pagi. Jika kamu masih bernafas, itu bukan hasil usahamu tapi pemberian Sang Maha Sempurna, bersyukurlah dan jalani hidup dengan sepatutnya.

***
Rantauprapat, 12 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun