Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelembung dan Kupu-kupu

12 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 12 Desember 2020   01:14 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Resah gelisah yang dilekatkan. Ia menikmati, bukan, sebenarnya bukan menikmati, tapi ia menenggelamkan hati dan berada dalam ruang pikiran yang hampa.

Ia beranggapan bahwa dirinya adalah seseorang yang sendiri. Mencintai dirinya, ia sulit lalukan. Ia seperti gelembung dan kupu-kupu yang hilang tanpa arah.

Menjadi seseorang yang basah oleh hujan di waktu yang malang. Menanam ketakutan di pekarangan hati. Rela kisah-kisah yang kaku menikahi waktu senggangnya, dirinya tak lagi tenang teduh. Ia perempuan dewasa yang bernama kepayahan.

Dengan sendirinya, ia menciptakan belasungkawa dan konflik. Ini teka-teki zaman dan masih tentang ketidakpastian yang sempurna. Bak gelembung dan kupu-kupu yang sayapnya didorong oleh angin. Adapun sayapnya adalah sayap seperti burung ranggung. Menjelajahi malam dengan kelayuan hingga tidak tumbuh dengan riap.

Kebahagiaan yang tercuri itu adalah miliknya. Bersama ketidakpastian yang sempurna, akhirnya ia menemukan sedu sedan.

Terhadap ketakutan yang ia lekatkan, ia menderita sengsara dan mengalami kesusahan lagi berkeliaran seperti kawanan domba. Melenyapkan harapan yang sesungguhnya harus dimiliki.

Benar. Ia tersandung dan memunahkan hasrat untuk hidup lebih lama. Menyerah dan tak menghidupkan semangat, itu yang ia lakukan.

Kini, ia seseorang yang berada dalam gantang. Inilah balada perempuan yang sudah membiarkan dirinya seperti gelembung dan kupu-kupu tanpa arah dan menjelajahi hari-hari yang mengering dan dilalui tanpa arti.

Malangnya, ia tak ingin mengingat ada Tuhan yang Maha Sempurna yang bisa menolong hidupnya.

***
Rantauprapat, 12 Desember 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun