Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melepaskan Diri dari Aroma Jelaga

19 November 2020   01:00 Diperbarui: 19 November 2020   01:25 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sumatera, sejak awal September 2020. Aku ingin melepaskan diri dari aroma jelaga yang membelenggu hatiku. Ketakutan akan sesuatu yang tak mendasar.

Sebelum ini, di saat tengah malam atau di saat pagi jelang siang, atau di saat siang jelang sore, bahkan di saat sore menuju malam, aku menjamu rasa angkuh yang bertubi-tubi. Angkuh bukan karena mampu, namun angkuh memikirkan ketakutan yang bukan bagian hidupku.

Aku rutin memikirkan ketakutanku, padahal aku tahu ketakutanku itu tidak menambah sehasta apa pun di hidupku. Membuat diriku mati di pekuburan sepi. Membiarkan kepayahan dan ketidakberdayaan jatuh merawat pemikiranku.  Menjadi perusak yang telah membinasakan carang-carang keyakinan yang aku miliki.

Penuh gelisah, nyatanya masih berdiri sombong seakan mampu. Aku pernah tumbuh dengan penyerahan diri seutuh dan sepenuhnya, namun aku kalah saat aroma jelaga yang menguasai diriku.

Senyuman seorang perempuan dewasa menyelamatkan jiwaku, di saat aku tersandung jatuh di waktu berjalan maju, perempuan itu berlari terburu-buru ke arahku, mengulurkan tangan agar hatiku tidak menjadi tawar dan gemetar akan kejatuhanku.

Ketidakpastian yang sempurna mengambil alih keyakinan hatiku. Ketandusan, penandusan, dan penindasan terperangkap di halaman kurikulum duniaku dengan waktu yang lama.

Kini, saat kesadaran bertamu di kepalaku. Saat aku sungguh ingin melepaskan diri dari aroma jelaga, aku harus mengumpulkan segala kekuatan. Kekuatan untuk memperbaiki diri atas kesalahan dan ketakutan yang menghantui.

Aku, tak ingin lagi terkapar di bawah rindangnya ketidakpastian yang sempurna. Tak mau lunglai langkah asaku di dalam teka-teki zaman yang payah dan merumitkan ini. Aku tak ingin membeku bersama ketakutanku, aku benar-benar ingin melepaskan diri dari aroma jelaga yang membelenggu hatiku.

Sungguh.

***
Rantauprapat, 19 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun