Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - ***

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Risalah dan Spektrum dengan Segala Rasanya

7 November 2020   19:07 Diperbarui: 7 November 2020   19:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Entah sampai kapan, hari demi hari yang rumit aku alami, sebab seorang perempuan dewasa yang payah merumitkan dirinya sendiri. Belakangan, risalah yang diciptakan perempuan itu, buat musim demi musim keadaan hidupku beriringgan dengan pikiran-pikiran yang kacau.

Aku terjebak di antara kebenaran yang harus terungkap atau melakukan kompromi untuk kebaikan perempuan yang payah itu. Bukan, bukan, bukan demi kebaikan tapi demi memperlambat kebenarannya terungkap.

Perempuan itu yang merusak kepercayaan dengan menikmati waktu bersama kebodohan, tetapi aku yang dilempari ketakutan. Spektrum dengan segala rasanya, dan yang tak terkatakan olehku, menjadikanku berantakan. Mendekat ke arah sepi. Sesungguhnya, rasa sakit dan kepatahan hati yang kurasa.

Perempuan itu sudah kehabisan energi baik dalam diri. Seakan lupa diri dan tak tahu malu. Membatu dari ruang hidup yang seharusnya. Dan risalah perempuan itu sangat mempengaruhiku. Entah, perempuan itu akan menemukan kesadaran atau tidak. Sebenarnya aku ingin menyatakan kata-kata yang tidak pantas untuknya, namun aku tetap tidak bisa melakukan itu.

Sekarang ini, aku tidak baik-baik saja karena perempuan itu. Aku begitu gelisah dan berduka. Perempuan itu telah mengingkari suara hati yang harus dia miliki, dia menabur badai, aku yang menuai kesalahannya kini. Perempuan itu juga pasti akan menuai badai yang dia ciptakan, di waktu yang entah kapan.

Ah, kurasa aku mulai menjadi perempuan yang payah pula karena perempuan itu. Aku terkubur kabut, dan ini menjadi kisahku dengannya. Kebahagiaanku tak lagi paripurna. Keping-keping sepi nan layu berhadapan dengan spektrum pun lingkaran nyata duniaku.

Sungguh dan sebenar-benarnya, aku berharap perempuan itu tidak selalu menjadi seseorang yang terasing dari kebenaran hidup. Semoga perempuan itu secepatnya kembali mekar oleh angin kesadaran.

***
Rantauprapat, 07 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun