Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencicipi Dosa

25 Oktober 2020   19:07 Diperbarui: 25 Oktober 2020   19:13 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Twitter/@kulturtava


Adakah yang benar-benar tidak pernah mencicipi dosa? Entahlah. Adakah yang benar-benar tidak pernah membiarkan diri terayu grafik abstrak yang sebenarnya penuh noda? Aku tak bisa memastikan itu.

Karena menurutku, kekeliruan dan kebodohan adalah bagian dari manusia. Memberi tanpa bahagia, menerima pun tanpa bahagia.

Dalam pemikiran manusia, terkadang ada rasa percaya, terkadang pun tidak ada rasa percaya. Karena manusia senang mencicipi dosa, dan menikmati kekonyolan hidup yang terkadang berujung pada kepalsuan hidup.

Mungkinkah ada manusia yang tidak pernah mencicipi dosa ? Aku tak tahu jawabnya. Berjalannya waktu, entah itu pagi atau malam, akan banyak rahasia yang ditinggalkan manusia.

Manusia itu suka mempermainkan perasaan, baik itu persaannya sendiri, baik itu perasaan orang lain. Cara hidup manusia bisa tidak stabil terhadap hal-hal dan orang-orang tertentu. Menelanjangi sukma ketika hasrat menggoda dan menyapa. Dalam kegersangan hati, manusia akan mencium dan mencicipi dosa.

Ada manusia yang sudah pergi, berlari menjauh dari dosa. Namun, ketika kebutaan yang berkuasa. Manusia itu akan berkelakar dengan berani untuk kembali merasakan dosa, akhirnya mematung tak berguna.

Yang pasti, aku pun bagian dari manusia itu. Aku juga seringkali mencicipi dosa, pada sebuah malam aku pun pernah meninggalkan banyak rahasia. Dosa adalah bau yang tak sedap, nyatanya dosa tak pernah menjauh dari manusia. Walau hanya sesaat.

***
Rantauprapat, 25 Oktober 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun