Saat kekecewaan yang sama kembali berulang dan membentangkan rasanya dalam hatiku, membuka luka yang akan berfestival sepi dan berujung pada kesendirianku.
Kenapa?
Di hari penting dalam hidupmu, aku harus menghabiskan hari dengan cerita dan sejarah yang dahulu lagi. Sejarah yang buat rasa kecewa menyelimuti jiwaku.
Di hari ketujuhbelas bulan delapan kali ini, aku pasti menggunakan topeng kepalsuan, untuk menyenangkan hatimu. Karena aku tahu, ketulusan tak akan berkolaborasi denganku.
Aku akan bersandiwara untuk tidak melukai hatimu. Entah mengapa, kau bisa lebih bahagia bersama mereka yang tak pernah menggangap keberadaanmu. Aku bingung memikirkan semua ini.
Aku tak bisa menerima perlakuanmu ini, menawarkan kebaikan yang akan berujung pada kesia-siaan. Hal ini membuatku marah dan menangis.
Aku kecewa dan marah kepadamu, tapi aku tak bisa mengatakannya. Aku juga ingin memalingkan muka darimu, tapi aku tak berdaya.
Saat ornamen kehidupan mengizinkanku melihat skenario drama mereka, mereka yang tak pernah anggap kau ada. Aku lebih memilih sunyi menjadi teman.
Aku tak ingin bertemu, seakan aku mengotori udara yang kuhirup.
Andai kau tahu!
Andai kau mengerti!
Atau kau pura-pura tak tahu dan pura-pura tak mengerti.
***
Lusy Mariana Pasaribu
[Rantauprapat, 16.08.2020, 21:44]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H