Lagi-lagi yang kuingat darimu hanya luka. Padahal aku tahu, bahwa sebenarnya dirimu tidak berarti apa-apa di hidupku. Namun luka yang kau berikan menggiringku pada kesakitan dan menimbulkan badai di hatiku.
Kau membungkus dan menutupi dirimu dengan kata kelembutan, tapi bagiku itu adalah bagian dirimu yang tidak seutuhnya. Tabir kebenaranmu sudah terbuka, dan kau sudah terlempar jauh dari muatan hatiku.
Sungguh, aku sering kali harus berpura-pura ketika berhadapan denganmu. Karena luka dan kecewa masih saja menyusup di hati. Aku sungguh ingin melepaskan rasa luka ini dari pelataran hatiku. Lagi-lagi aku harus menulis puisi patah hati karenamu.
Kini aku memutuskan, untuk tidak akan pernah lagi  terganggu terhadap apa-apa saja yang akan kau katakan perihal diriku. Aku akan diam pun membiarkanmu melakukan apa yang kau mau, itu hakmu. Aku tak ingin lagi terusik perihal dirimu.
***
Lusy Mariana Pasaribu
[Rantauprapat, 27 Juli 2020, 21:30 WIB]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H