Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menerbitkan Buku Puisi, Salah Satu Cara Saya Menghargai Karya!

8 Agustus 2020   07:07 Diperbarui: 15 September 2020   21:08 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya suka menyebutkan diri saya sebagai perempuan puisi dan ada pula judul puisi yang saya tulis dengan kalimat itu "perempuan puisi". Saya perempuan puisi yang lahir di ibukota Indonesia tepatnya di kota tua, kota Jakarta.

Saya perempuan puisi yang sudah dua kali menerbitkan buku puisi, dan kedua buku puisi saya terbit melalui penerbit indie. Tentunya jika puisi kita ingin dibukukan dan diterbitkan melalui penerbit indie, kita harus mengeluarkan biaya yang cukup mengusik kantong. Tapi saya rasa itu tidak menjadi permasalahan ketika membicarakan karya kita sendiri dan karya kita pun akan memiliki ISBN dan akan ada di PERPUSNAS (perpustakaan nasional).

Kembali ke judul artikel
Menerbitkan buku puisi, salah satu cara saya menghargai karya

Saya sudah dua kali menerbitkan buku puisi, ini ceritanya :

Karena ketidakpenerimaan saya akan hiruk-pikuk perjalanan hidup yang saya alami, saya pernah memusnahkan semua puisi yang sudah saya tulis menjadi abu yang tak bersisa. 

Saya pun meninggalkan puisi selama 7 tahun. Hingga akhirnya saya kembali merasakan indahnya menulis puisi karena kehadiran seseorang. Dan tepat pada tanggal 01 Oktober 2018, kisah saya bersama puisi kembali dimulai.

Berjalannya waktu, puisi yang sudah saya tulis per tanggal 01 Oktober hingga Desember 2018 akhirnya terkumpul. Tak ingin puisi yang sudah tertulis, akan terlupakan begitu saja. Saya pun berniat untuk membukukannya. Atas saran dan masukkan seorang teman, jadilah niat awal tadi terealisasi.

Buku puisi pertama saya akhirnya terbit. Buku puisi pertama saya berjudul "Aku dan Pencerahan" terbit melalui penerbit Guepedia.com pada bulan Desember 2018. 

Kenapa saya memilih judul itu, karena judul dalam buku puisi ini menggambarkan tentang kisah dan perjalanan saya yang mendapatkan pencerahan untuk kembali merasakan kenyamanan saat bercengkerama dengan aksara puisi.

Jumlah puisi yang ada di buku puisi pertama saya, hanya 60 puisi. Jujur ada kesenangan tersendiri dalam diri, ketika buku puisi ini terbit. Melalui buku puisi yang sudah ber-ISBN ini, saya menunjukkan pada diri sendiri bahwa saya berhasil bangkit dari keterpurukan dari masa-masa membenci puisi selama 7 tahun.

Walau setelah buku ini terbit, saya sungguh menyadari tentang banyaknya kekurangan yang melekat dalam isi buku puisi ini. Kosakata dan tata bahasa yang sangat berantakan. 

Namun sungguh saya tak menyesali buku puisi pertama saya, karena puisi-puisi yang terdapat dalam buku ini adalah jejak pertama saya bercengkrama dengan bait-bait aksara setelah kembali berpuisi. Saya pun hanya ingin meninggalkan jejak baik di semesta perjalanan hidup melalui buku puisi yang telah diterbitkan.

Saya pun terus belajar dan belajar. Belajar menulis puisi lebih baik dari sebelumnya. Belajar untuk menambah kosakata yang berwarna dalam bait-bait puisi saya. Beberapa hal yang saya lakukan di antaranya, saya membaca puisi orang lain dan membaca beragam karya fiksi lain, baik itu berupa cerpen atau novel.

Bicara soal keterjualan buku ini, saya tak menargetkan apa pun kala itu. Tapi sungguh saya bersyukur, ptofesi saya sebagai pengajar di universitas memberikan dampak baik untuk saya. Buku puisi pertama saya laku terjual beberapa puluh, yang membeli tak lain tak bukan adalah mahasiswa yang saya ajar. 

Entah mereka menyukai puisi atau hanya karena mereka tak enak hati terhadap saya. Apa pun itu, saya sangat mengapresiasi mereka. Selain mahasiswa saya, buku puisi pertama saya pun dibeli oleh teman-teman saya yang sering bergaul dengan saya.

Buku puisi pertama saya pun menjadi vitamin dan nutrisi jiwa yang baik buat perjalanan saya. Ada gairah dan getaran hati yang lebih dalam diri untuk kembali menerbitkan buku puisi yang kedua. Tentunya dengan harapan, bahwa buku puisi yang kedua harus jauh lebih baik dari buku puisi yang pertama.

Dalam perjalanan di episode kehidupan saya. Dengan semangat, kesabaran dan tentunya kesabaran, setelah melewati pergantian tahun,  saya tetap menulis puisi dan puisi yang saya tulis, menurut saya pribadi jauh lebih baik dan berwarna. Saya memutuskan untuk menerbitkan buku puisi yang kedua.

Maret 2020, buku puisi saya terbit. Ada alasan kenapa bulan Maret, buku puisi kedua saya terbit. Tak ada alasan lain, kecuali karena Maret adalah bulan lahir saya. Bulan lahir si perempuan puisi. 

Buku puisi kedua saya berjudul "Bersama Puisi, Aku Bahagia". Alasan saya memilih judul ini adalah, karena saya sendiri menyadari bahwa ada kebahagiaan dalam diri ketika saya menikmati waktu saat menulis puisi. 

Puisi yang terdapat dalam buku ini berjumlah 97. Dan untuk buku puisi kedua ini, saya memilih berganti penerbit. Penerbit indie yang saya pilih dan percaya untuk menerbitkan buku puisi kedua saya adalah Ellunar Publisher.

Saya bisa menghias senyuman di wajah, dengan warna-warni puisi yang saya tulis dan terdapat dalam buku puisi kedua saya. Puisi-puisi saya tentunya adalah tulisan yang lahir dari nalar pun hati saya. Dan saya menulisnya untuk kebaikan semesta saya sendiri.

Dan Kompasiana sudah berperan penting dalam perjalanan buku puisi saya yang kedua. Kenapa saya bisa mengatakan itu, karena puisi-puisi yang terdapat dalam buku puisi kedua saya adalah puisi-puisi yang sudah pernah tayang di Kompasiana sejak saya bergabung per tanggal 04 November 2018.

Bicara keterjualan buku puisi kedua saya, tak jauh berbeda dengan keterjualan pada buku puisi pertama. Yang membeli adalah mahasiswa yang saya ajar dan teman-teman dekat yang ada di pekarangan hidup saya. Saya mengatakan dengan sungguh, bahwa buku puisi pertama dan buku puisi kedua saya, sesungguhnya adalah jejak panjang dari perjalanan hidup saya. Jejak yang telah membahagiakan perasaan saya.

Dan jika Tuhan sang pemilik semesta, masih memberikan saya nafas dan kesempatan hidup lebih lama. Saya ingin bisa membahagiakan diri dan hati saya,  menulis hal yang menyenangkan dan tentunya saya sukai. Dan saya ingin kembali menerbitkan buku puisi yang ketiga. Bagi saya pribadi, menerbitkan buku puisi adalah salah satu cara saya menghargai karya

Salam literasi

***
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun