Saya suka menyebutkan diri saya sebagai perempuan puisi dan ada pula judul puisi yang saya tulis dengan kalimat itu "perempuan puisi". Saya perempuan puisi yang lahir di ibukota Indonesia tepatnya di kota tua, kota Jakarta.
Saya perempuan puisi yang sudah dua kali menerbitkan buku puisi, dan kedua buku puisi saya terbit melalui penerbit indie. Tentunya jika puisi kita ingin dibukukan dan diterbitkan melalui penerbit indie, kita harus mengeluarkan biaya yang cukup mengusik kantong. Tapi saya rasa itu tidak menjadi permasalahan ketika membicarakan karya kita sendiri dan karya kita pun akan memiliki ISBN dan akan ada di PERPUSNAS (perpustakaan nasional).
Kembali ke judul artikel
Menerbitkan buku puisi, salah satu cara saya menghargai karya
Saya sudah dua kali menerbitkan buku puisi, ini ceritanya :
Karena ketidakpenerimaan saya akan hiruk-pikuk perjalanan hidup yang saya alami, saya pernah memusnahkan semua puisi yang sudah saya tulis menjadi abu yang tak bersisa.Â
Saya pun meninggalkan puisi selama 7 tahun. Hingga akhirnya saya kembali merasakan indahnya menulis puisi karena kehadiran seseorang. Dan tepat pada tanggal 01 Oktober 2018, kisah saya bersama puisi kembali dimulai.
Berjalannya waktu, puisi yang sudah saya tulis per tanggal 01 Oktober hingga Desember 2018 akhirnya terkumpul. Tak ingin puisi yang sudah tertulis, akan terlupakan begitu saja. Saya pun berniat untuk membukukannya. Atas saran dan masukkan seorang teman, jadilah niat awal tadi terealisasi.
Buku puisi pertama saya akhirnya terbit. Buku puisi pertama saya berjudul "Aku dan Pencerahan" terbit melalui penerbit Guepedia.com pada bulan Desember 2018.Â
Kenapa saya memilih judul itu, karena judul dalam buku puisi ini menggambarkan tentang kisah dan perjalanan saya yang mendapatkan pencerahan untuk kembali merasakan kenyamanan saat bercengkerama dengan aksara puisi.
Jumlah puisi yang ada di buku puisi pertama saya, hanya 60 puisi. Jujur ada kesenangan tersendiri dalam diri, ketika buku puisi ini terbit. Melalui buku puisi yang sudah ber-ISBN ini, saya menunjukkan pada diri sendiri bahwa saya berhasil bangkit dari keterpurukan dari masa-masa membenci puisi selama 7 tahun.
Walau setelah buku ini terbit, saya sungguh menyadari tentang banyaknya kekurangan yang melekat dalam isi buku puisi ini. Kosakata dan tata bahasa yang sangat berantakan.Â