Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisanmu Dikritik, Kenapa Harus Terluka dan Marah?

26 Oktober 2020   07:07 Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk apa aku menulis? Aku menulis untuk menuangkan rasa di hatiku, aku menulis untuk melepaskan kesesakan di jiwaku.

Apa yang kudapat dari menulis? Yang kudapat adalah kebahagiaan jiwa. Kenikmatan tersendiri bisa menyelesaikan tulisan yang sedang kutulis. Dan dominan yang kutulis pastilah artikel fiksi. Khususnya puisi. Walau puisiku bukanlah puisi yang menakjubkan. Aku tetap bahagia bersama tulisan-tulisan puisiku.

Kembali pada judul artikel ini. Tulisanmu dikritik, kenapa harus terluka dan marah? Aku menulis ini berdasarkan pengalaman pribadi. Beberapa kali ada teman literasi yang mengkritik tulisan di puisiku. Dua hal yang paling kuingat adalah :

1. Tulisan di puisiku itu tak ada rima dan tak bermakna.
2. Kalau menulis puisi, menulis juga untuk orang lain

Dan kala itu, aku juga ingat jawabanku.  Aku katakan, mungkin puisiku tak ada rima dan itu hakku. Dan aku menulis puisi bukan untuk memikirkan orang lain tapi untuk diriku sendiri. Untuk kebahagiaanku. 

Jika kujawab dengan jujur, apakah aku terluka dan marah jika tulisanku dikritik? Jawabnya TIDAK, hanya sedikit terusik (manusiawi lah, hehe).

Kritikan itu, aku tak pernah remehkan sedikitpun. Karena bagiku itu wajar dan sah-sah saja. Ada yang berani dengan lugas mengkritik ada yang pura-pura baik dan mengkritik dalam hati.

Jujur saja, aku pun pernah mempertanyakan tulisan orang lain di tulisanku? Bisa dibilang kritikan juga lah. Entah orang itu akan marah dan terluka?. Tapi menurutku, harusnya kita siap menerima jika tulisan kita dikritik?

Karena melalui kritikan, kita bisa memiliki bahan pertimbangan dari sudut pandang orang lain. Tentunya yang kumaksud di sini, bukan kritik yang tak berdasar. Karena melalui kritikan, berarti ada yang memperhatikan apa yang kita tulis.

Yang diperlukan saat tulisan atau apa yang kita tulis dikritik orang lain adalah, membuka hati dan nalar. Dan kita akan menerima hal tersebut dengan kesadaran. Hingga kita tidak akan merasa marah, kecewa dan terluka.

Adakah orang yang tulisannya tidak pernah dikritik orang lain?. Adakah orang yang tidak pernah mengkritik tulisan orang lain?. Entahlah.

Tapi bagiku, ketika tulisanku akan dikritik di kemudian hari. Bagaimana pun aku akan mengelola perasaanku pada jalur yang tepat dan tidak membuang energiku pada kesia-siaan.  

Maka dalam menulis, aku tak akan memaknai sesuatu secara berlebihan. Entah itu pujian atau kritikan. Karena aku akan tetap menulis apa yang kusukai dan bukan yang  disukai orang lain.

***

Rantauprapat, 28 Juni 2020
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun