Dalam lokomotif hatiku, pastilah ada kebahagiaan jika bisa menyelesaikan tulisan yang sedang kutulis.
Ada juga kebahagiaan yang kurasakan ketika aku bisa menginspirasi orang lain untuk menulis. Dan di platform blog Kompasiana, wadah para kers untuk menuangkan tulisannya. Dari beberapa kers yang pernah berinteraksi denganku, sejauh ini ada tiga kers yang kutahu menuliskan tentangku sebagai sumber inspirasi di dalam tulisannya.
YANG PERTAMA:
Tanggal 14 Agustus 2019 pukul 20:54, kers ayah tua menuliskan puisi untukku. Puisi itu berjudul "Kepada Pecinta Cinta". Lusy Mariana Pasaribu. Ayah tua menuliskan, ada suatu masa ia ingin menyelami banyak diksi. Menari tentang cinta, rindu dan segala yang berhubungan dengan romansa anak manusia.
Dan aku sangat terpesona dengan puisinya, bagaimana tidak? Aku menerima sebuah puisi dari sesama kers, dan benar seperti yang ayah tua tuliskan. Aku sangat menyukai tulisan, tepatnya puisi yang beraroma romansa anak manusia. Karena dalam hidup, salah satu hal yang paling dibutuhkan adalah CINTA.
YANG KEDUA:
Tanggal 6 Juni 2020 pukul 11:07, kers pak I Ketut Suweca menayangkan artikel yang berjudul " Alokasikan Waktu untuk Menulis, tapi Jangan Lupa Ambil Jeda!".Â
Dan kers pak I Ketut menulis artikel tersebut berdasarkan komentar yang kutulis pada artikel pak I Ketut sebelumnya, artikel yang berjudul "Ketika Lelah Menulis, Apa yang Bisa Dilakukan?" dan aku meninggalkan jejak komentar, "ambil jeda yang diperlukan". Ini kutuliskan berdasarkan pengalaman pribadiku. Dan aku bahagia karena bisa berbagi inspirasi pada orang lain, khususnya para warga Kompasiana (kers).
YANG KETIGA:
Tanggal 27 Juni 2020 pukul 10:15, kers Rudy W menuliskan artikel yang berjudul "Tulisan Tidak Dibaca Siapa pun, Benarkah Tulisan Itu Tidak Berguna?"
Di halaman ke tiga bait empat dalam artikel kers Rudy W, jelas kers Rudy menulis artikel beliau ditulis berdasarkan ide artikelku. Tapi ada yang tidak tepat dalam artikel kers Rudy W, Â dan aku sudah meminta beliau untuk merevisinya, entah akan direvisi atau tidak.
Apa yang tidak tepat itu, mengganjal di hatiku?. Pada bait tujuh artikel beliau, ada tulisan yang menyatakan bahwa : artikel yang tidak laku menurut saya adalah yang membaca kurang dari 100 orang. Dan itu beliau pahami dari artikel hobi yang berjudul "Menghapus Artikel karena Tidak Laku, Apakah Tepat?".
Padahal dalam artikel itu, pada bait empat belas,. Aku dengan sangat jelas menulis, keterbacaan kurang dari 100 itu berarti artikel yang tidak laku menurut kers yang pernah berinteraksi denganku. Aku lupa namanya, karena baru satu kali aku memberikan komentar di akunnya. Kalau pun aku ingat, aku tak akan menuliskan namanya.
Seperti judul artikel ini, tulisan itu membahagiakanku! Aku benar-benar bisa merasakan bahagia melalui tulisan, seperti contah di atas. Tiga kers yang terinspirasi karenaku. Aku bisa bahagia karena hal itu. Karena bagiku, menulis itu bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan.Â