Tatkala kumerenung jarak yang menjadi asing di antara kita, jarak yang benar-benar asing. Perlahan aku tertunduk tak berdaya, hanya mengenang kisah-kisah akan kebersamaan kita.
Yang kutahu kau tetaplah keindahan di ruang hatiku, pun aku akan membiarkan kenangmu menyeruak di poros hatiku
Walau sebenarnya
Neraca rinduku terkadang menimbulkan ketidakwarasan, karena sering sekali mencumbu hatiku tanpa mengerti batasan waktu
Semisal aku piawai mengelabui diriku sendiri, kukan merekonsiliasi anomali yang ada dalam hatiku perihal merindumu. Di antara waktuku yang berdetak, aku jatuh tersungkur dalam rasa rindu perihalmu.
Dalam masa hidupku
Sunggulah selalu ada rindu untukmu, dan kuantitas rinduku akanmu selalu mengisi jiwa dengan gemilang
***
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H