Pesan ibuku
Menerima Diri juga Mengasihi Saudara
Perjuanganmu yang membuat keberadaanku ada hingga saat ini, Â mulai dari melahirkan, membesarkan juga menyekolahkanku hingga aku bekerja. Hampir disetiap hari dan pembicaraan kita, Â engkau tak pernah jemu memberikan nasihat tentang kehidupan. Bahwa aku sebagai anak sulung perempuan harus bisa menerima hidup dan mengasihi saudaraku.
Kalimat darimu tersebut menyeretku pada memori ingatan yang selalu terngiang di hati dan pikiranku. Dan aku tahu bahwa yang menjadi nasihatmu adalah hal baik bagiku dan aku tahu untuk nasihatmu padaku, Â kau selalu melantunkan bait bait doa yang indah bagi kehidupanku.
Walau sebenarnya aku juga sering diselimuti ketakutan tak bisa menjalankan nasihatmu, Â aku juga sering memperlakukanmu dengan abai karena kekecewaanku padamu. Â Bahkan aku sering memberontak dihati baik secara vulgar dan tersembunyi dalam hati.
Tapi, Â kau ibuku yang dengan segala kerelaan hatimu menegurku dengan kasih dan menerimaku kembali dari ketumpulan diri juga hatiku. Kau merangkulku dalam pelukanmu dan kumerasa penerimaan dan kehangatan. Darimu bu, aku belajar tentang penerimaan diri dan cara mengasihi.
Hingga pada satu titik aku mengalami kesengsaraan yang membelit, Â pada tahun 2015 aku ditinggal menikah. Terlebih itu pacar pertama yang berkomitmen denganku selama tiga tahun. Aku pernah kacau balau karena itu. Dan seiring waktu akhirnya aku mengihklaskan kisah laluku dan kembali sadar akan penerimaan diri.
Kembali aku menikmati waktuku dengan menyibukkan diri dalam dunia pekerjaanku sebagai pengajar juga menikmati relasiku dengan keempat adikku, sebab ibuku berpesan kami harus selalu mengasihi dan rukun sebagai saudara.
Tapi, Â aku kembali alami lara yang dalam, Â saat adikku yang tepat dibawahku meminta izin untuk menikah itu ditahun 2016, ada kesedihan didalam diriku. Â Sempat terpikir bagaimana harus menghadapi kenyataan bahwa aku harus dilangkahi adikku untuk menikah. Seiring berjalannya waktu aku kembali dikuatkan dan disadarkan untuk merelakan dan mengihklaskan karena adikku sudah memiliki pasangan hidup. Dan aku mengasihinya karena dia adik kandungku.
Tak sampai disitu, Â setahun tepat ditahun 2017, kemudian air mata jatuh deras dipipiku karena adik perempuanku yang paling bungsu kembali meminta izin untuk menikah. Sulit kurasa dilangkahi menikah untuk keduakali. Dan hatiku pasti terluka, namun ada sosok yang beri banyak masukkan padaku yaitu ibuku dan mengatakan tentang kasih dan realita hidupku. Â Akhirnya aku katakan ya pada diriku dan adikku tak apa, menikahlah dan aku ikhlas dilangkahi menikah.
Niat dan kesadaran hati akan penerimaan diri juga kasih pada saudara memulihkan segala keberadaanku. Waktu yang bergulir juga beri banyak cerita, kini aku punya dua adik ipar dan punya tiga keponakan dari kedua adikku yang melangkahiku untuk menikah tadi.