Walau aku belum berkeluarga dan memiliki anak tapi aku memiliki orang tua, kenapa aku bisa mengatakan hadiah dari anak itu merupakan pemberian yang spesial bagi orang tua.
Itu merupakan pengalaman pribadi yang kualami dan kurasakan, itu juga bukan hanya slogan-slogan indah, tapi benar adanya adalah ungkapan dari orang tuaku ketika menerima suatu dari anak-anaknya.
Bukan soal berapa dan apa yang diberikan anak-anaknya kepada orang tua, tapi ini soal cara sikap menghargai dan menghormati keberadaan orang tua.
Mengenai materi dan barang-barang yang diberikan anak-anak kepada orang tua, pasti orang tua jauh lebih mampu membeli dan mempunyai materi itu sendiri.
Tapi aku adik-adikku mengerti menghargai orang tuaku itu adalah hal yang penting, sedapat mungkin dan sebisa mungkin ketika ada perayaan-perayaan spesial mereka, Â aku dan adik- adikku selalu ingin memberikan yang terbaik bagi mereka. Ingin melihat senyuman di wajah mereka.
Semisal hari perayaan pernikahan mereka, hari ulang tahun masing-masing orang tuaku, hari perayaan bapak hari perayaan ibu, aku dan adik-adikku ingin memberikan sesuatu untuk mereka tahu bahwa anak-anak mereka perduli pada mereka.
Tapi bukan hanya ketika ada perayaan perayaan saja kami memberikan sesuatu kepada mereka, ketika sudah memiliki penghasilan sendiri. Karena aku dan adik-adikku sudah bekerja kecuali yang bungsu masih berusia 2 tahun 10 bulan, aku dan adik-adikku akan memberikan sedikit dari penghasilan kami per bulan kepada orang tuaku.
Walau mereka selalu berkata, mereka tidak usah menerima uang dari penghasilan per bulan kami, tapi kami selalu memberikan itu langsung ke dalam saku atau tangan mereka. Dan mau tak mau mereka tetap menyimpan dan menerimanya.
Dan orang tua kami, akan selalu ucapkan terima kasih dari mereka. Yang ada senyuman yang terlihat di wajah mereka. Ada kesenangan tersendiri ketika melihat mereka tersenyum dan bahagia, ada rasa damai di hati ketika bisa memberi sedikit kepada mereka.
Tepat di tanggal 1 kemarin, orang tuaku memberikan nasehat dan wejangan-wejangan hidup, karena kami sebagai suku Batak biasanya setiap awal tahun yang baru selalu berkumpul dan berdoa bersama untuk saling berbagi dan membukakan hal yang perlu dibukakan, banyak yang terungkap dan tahu kejujuran kemarin, banyak kesedihan yang terjadi, bahkan orang tuaku sampai berurai air mata.
Seketika aku shock dan terluka, karena ternyata banyak luka yang mereka simpan di hati mereka terhadap anak-anak mereka, banyak sikap kami yang mengecewakan mereka yang sadar atau tidak sadar kami lakukan.
Karena pada kenyataannya apa yang mereka sudah berikan kepadaku dan adik-adikku hingga hari ini takkan pernah terbalas takkan pernah terganti, bahkan memasuki tahun yang baru tahun 2019, tepatnya ini hari kedua di tahun ini aku bersyukur aku masih memiliki orang tuaku dan keempat adik-adikku.
Mereka keluargaku mereka sandaranku.
Di tahun yang baru tahun 2019 ada kesadaran lebih di hatiku untuk tahu bersikap berucap berpikir agar tidak mengecewakan orang tuaku, dan yang terpenting pesan orang tuaku adalah terus menghargai diri sendiri mengasihi saudara-saudaraku.
***
Lusy Mariana PasaribuÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H