Mohon tunggu...
Lusy Jp
Lusy Jp Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Badminton

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eko-teologi: Badiuzzaman Said Nursi

21 Juni 2024   18:08 Diperbarui: 21 Juni 2024   18:19 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eko-teologi dapat dipahami sebagai suatu konsep yang membahas hubungan antara alam dengan unsur keagamaan. Dengan eko-teologi kita dapat memahami hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta. Sebagaimana didalam Islam kita harus menjaga tiga hubungan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. 

Sebagai makhluk yang diberikan kelebihan akal oleh Tuhan kita harus menjaga alam yang telah diciptakan oleh Tuhan dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, seperti yang terlihat pada zaman sekarang banyak terjadi perusakan lingkungan dimana-mana. Apakah yang menjadi penyebab itu semua? Apakah manusia telah kehilangan jati dirinya?

 Salah satu tokoh yang membahas tentang eko-teologi adalah Said Nursi. Said Nursi merupakan seorang pejuang dan ulama yang lahir di desa Nurs, pada kisaran akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 masehi. Ia lahir di keluarga yang taat terhadap ajaran agama. 

Ayahnya bernama Mirza, ia dikenal sebagai seorang yang sangat wara’, ia tidak pernah memakan barang haram dan tidak ingin memberikan sesuatu yang haram kepada keluarganya. Ibu Nursi bernama Nuriyyah. Nursi telah banyak melahirkan karya, salah satu karyanya yang terkenal adalah Risalah al-Nur yang terkenal mulai dari dunia timur hingga dunia Barat dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa asing. 

 Menurut Nursi masalah yang terjadi pada manusia adalah krisis ekologis yang terjadi akibat dari kesalahan cara pandang manusia dalam memahami alam semesta. Akibat dari kesalahan tersebut menimbulkan kesalahan manusia dalam memposisikan dirinya dengan alam. Nursi mengkritik materialisme dan menawarkan konsep eko-teologi untuk memahami alam. Dalam gagasan eko-teologinya Nursi menekankan adanya hubungan ontologis antara Allah dan makhluknya. 

Maksudnya eksistensi alam tidak dapat dipisahkan dari eksistensi Allah yang merupakan pusat dari segala eksistensi. Dalam hubungannya dengan Tuhan Nursi memahami alam sebagai menifestasi dari sifat-sifat, nama-nama, dan tindakan Allah. Sedangkan dalam hubungannya dengan manusia Nursi memahami alam sebagai bukti yang sangat kuat tentang adanya Allah. 

Nursi menjelaskan hakikat alam kedalam lima bagian, yaitu pertama, alam semesta merupakan buku besar dan Al-Qur’an sebagai tafsir dan penjelasannya. Kedua, alam merupakan suatu maha karya seni yang sangat indah. Ketiga, alam semesta merupakan sebuah cermin yang merefleksikan keindahan nama-nama Allah. Keempat, segala yang berada di alam telah diatur dan saling berkaitan satu sama lainnya (alam mengetahui keberadaan Tuhan). Kelima, alam semesta memiliki dimensi yang sakral, sehingga siapapun dilarang untuk merusak alam. 

 Manusia dikenal sebagai khalifah dimuka bumi dan dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan alam semesta. Dari anggapan bahwa manusia labih tinggi tersebutlah muncul anggapan bahwasannya manusia bebas melakukan apapun terhadap alam semesta termasuk untuk merusak (mengeksploitasi) alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nursi mengatakan:

Manusia merupakan ciptaan yang luar biasa bagi Pencipta Yang Maha Suci dan juga merupakan mukjizat yang paling tinggi diantara mukjizat kekuasaan-Nya. Manusia adalah ciptaan yang paling lembut karena Sang Pencipta menciptakannya sebagai tempat perwujudan semua manifestasi nama-nama Allah Yang Mulia dan menjadikannya poros untuk semua ukiran indah-Nya serta menjadikannya sebagai miniatur alam semesta.”

Dari hal tersebut dapat dipahami bahwasannya manusia itu adalah manifestasi sifat-sifat Tuhan. Dengan demikian tidak pantas rasanya jika kita merusak alam semesta demi kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Selain itu, manusia sangat bergantung kepada alam semesta dari setiap lini kehidupannya. 

Jika manusia merusak alam semesta sama saja dengan merusak kehidupannya sendiri. Jika alam semesta rusak maka manusia akan perlahan-lahan rusak dan menghilang. Nursi menyebut orang orang yang merusak dengan sebutan manusia kotor, manusia celaka, manusia malang, manusia najis, manusia tidak adil, manusia boros, manusia perusak, dan manusia berlebihan. 

Khalifah yang sesungguhnya diartikan sebagai sebuah tanggung jawab untuk menjaga alam dan memeliharanya. Menjaga alam tidak harus berupa suatu tindakan besar. Kita bisa mulai belajar untuk menjaga alam dengan cara sederhana seperti tidak membuang sampah disembarang tempat. Menjaga alam dengan diawali dari aku hingga menjadi kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun